Tugu Biawak di Jateng Mendapat Pujian, Netizen Bandingkan dengan Tugu Penyu Rp 15 Miliar di Sukabumi

Tugu biawak yang baru berdiri di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, mendapat apresiasi dari sejumlah warga. 

Penulis: | Editor: Ign Prayoga
TribunJateng/Imah dan Facebook
VIRAL MEDSOS - Viral di media sosial tugu Biawak di Wonosobo dibandingkan dengan tugu kura-kura atau patung penyu di Sukabumi, Jawa Barat. (TribunJateng/Imah dan Facebook) 

Ia meluruskan bahwa anggaran pembuatan patung itu hanya sekitar Rp 30 juta. 

"Kami tegaskan bahwa biaya pembuatan ornamen penyu ini sekitar Rp 30 juta, sesuai spesifikasi yang telah ditetapkan dalam proyek," kata Imran, Rabu (5/3/2025).

Terkait material yang tampak seperti kardus dalam video, Imran menjelaskan bahwa patung tersebut sebenarnya dibuat dari resin dan fiberglass, bukan kardus.

Material kardus yang terlihat hanyalah alat bantu dalam proses pencetakan.

"Ornamen ini dibuat dari resin dan fiberglass, yang memang umum digunakan untuk patung luar ruangan karena ketahanannya terhadap cuaca ekstrem. Kardus yang terlihat dalam video hanyalah media cetak sebelum bahan utama dikeringkan dan diperkuat," jelasnya.

Lebih lanjut, Imran menyebutkan bahwa jika patung tersebut benar-benar berbahan kardus, tentu tidak akan mampu bertahan lama di lingkungan terbuka, apalagi dengan kondisi cuaca pesisir yang ekstrem.

"Kalau benar terbuat dari kardus, tentu sejak awal sudah hancur terkena hujan dan panas," tegasnya.

Selain itu, Imran juga menyayangkan tindakan pengunjung yang sering menaiki patung tersebut untuk berfoto.

Menurutnya, hal ini turut mempercepat kerusakan struktur ornamen.

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi turut mengomentari viralnya video patung penyu yang rusak.

Melalui akun Instagramnya @dedimulyadi71, ia menyatakan telah meminta inspektorat provinsi untuk mengaudit proyek tersebut.

"Mengenai ramainya patung penyu yang isinya kardus, saya tidak akan memberikan komentar terlalu panjang. Saya sudah meminta inspektorat Provinsi Jawa Barat untuk turun ke lapangan mengaudit kegiatan proyek tersebut," ujar Dedi, Kamis (6/3/2025).

Ia menegaskan bahwa hasil audit akan diumumkan agar masyarakat mendapatkan penjelasan yang objektif.

"Saya akan senantiasa berbuat objektif bagi kepentingan masyarakat dan akan mengedepankan prinsip akuntabilitas. Untuk itu, mohon sabar, kita menunggu hasil auditnya," tutur Dedi.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Perumahan dan Permukiman (Disperkim) turut memberikan klarifikasi terkait anggaran pembangunan Alun-alun Gadobangkong.

Kepala Disperkim Jabar, Indra Maha, menegaskan bahwa anggaran sebesar Rp 15,6 miliar bukan hanya untuk replika penyu, melainkan untuk pembangunan keseluruhan alun-alun yang memiliki luas 9.812 meter persegi.

"Anggaran Rp 15,6 miliar itu digunakan untuk berbagai elemen infrastruktur, termasuk selfie deck, leuit, gedung kuliner, plaza, jalan, area parkir, pedestrian, taman, saluran drainase, dan papan penunjuk (signage)," ujar Indra.

Ia juga membantah isu bahwa patung penyu tersebut terbuat dari kardus.

Menurutnya, kardus hanya digunakan sebagai cetakan dalam proses pembentukan, sedangkan struktur akhirnya dibuat dari bahan resin berkualitas.

Indra menambahkan bahwa alun-alun ini telah selesai dibangun sejak lama dan telah melewati tahapan perencanaan, pengadaan, konstruksi fisik, hingga serah terima.

Namun, pada Maret 2024, kawasan tersebut sempat terendam banjir rob selama lima hari akibat gelombang pasang, yang menyebabkan beberapa bagian mengalami kerusakan.

Karena masih dalam masa pemeliharaan, kontraktor bertanggung jawab untuk melakukan perbaikan sebelum akhirnya alun-alun diserahterimakan dari Pemprov Jabar ke Pemkab Sukabumi pada 12 September 2024.

 

Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com 

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved