Korupsi di Sumut
Akankah Bobby Nasution Diperiksa dalam Kasus Korupsi Dinas PUPR Sumut? Ini Kata Eks Penyidik KPK
Penyidik KPK memastikan akan menyidik kasus korupsi PUPR Sumut secara tuntas, termasuk meminta keterangan Bobby Nasution jika diperlukan.
Penulis: | Editor: Ign Prayoga
TRIBUNBEKASI.COM, JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membongkar kasus korupsi ratusan miliar rupiah di Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Provinsi Sumatra Utara (Sumut).
KPK juga telah menyematkan status tersangka terhadap Kepala Dinas PUPR Sumut, Topan Ginting. Di lingkungan pemda Sumut, Topan Ginting dikenal sebagai orang dekat Gubernur Sumut, Bobby Nasution.
Penyidik KPK memastikan akan menyidik kasus korupsi PUPR secara tuntas, termasuk meminta keterangan Bobby Nasution jika diperlukan.
Mantan penyidik KPK (2013-2021), Yudi Purnomo buka suara terkait peluang diperiksanya Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution dalam kasus dugaan korupsi di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Sumatera Utara (Sumut) terkait proyek pembangunan jalan.
Yudi menyatakan, Topan terjaring operasi tangkap tangan atau OTT di saat uang yang dia terima masih terbilang sedikit dibanding total uang yang dia minta yakni Rp 8 miliar.
Biasanya dalam pengungkapan kasus korupsi, penyidik akan melakukan penelusuran dana atau follow the money untuk mencari siapa saja yang menjadi tersangka dalam kasus tersebut.
Sama halnya dengan kasus dugaan korupsi di Dinas PUPR Sumut ini.
Atas dasar penelusuran aliran dana itu, maka bukan tak mungkin Bobby Nasution akan diperiksa KPK. Mengingat statusnya sebagai kepala daerah, yakni Gubernur Sumut.
"Bisa jadi akan dipanggil, karena dia adalah kepala daerah, tidak mungkin tidak dipanggil," kata Yudi dalam Program 'Sapa Indonesia Pagi' Kompas TV, Senin (30/6/2025).
Apakah Topan Ginting Mau Jujur?
Yudi justru lebih mempertanyakan apakah Topan ini mau membuka kasus dugaan korupsi ini selebar-lebarnya.
Atau menjadi justice collaborator dalam kasus korupsi ini.
Karena Topan merupakan Kadis PUPR yang punya kendali besar dalam proyek jalan di Sumut.
"Tentu bukan masalah follow the money, tapi masalah apakah Topan ini sebagai Kadis PU akan membuka selebar-lebarnya terkait dengan peristiwa ini untuk menjadi justice collaborator," kata Yudi.
Selain itu Yudi menilai biasanya anggaran daerah paling besar berada di Dinas PU.
Terutama untuk anggaran proyek jalan, karena anggaran ini yang biasanya paling banyak di mark up.
Dan biasanya Dinas PU adalah kaki tangan langsung kepala daerah.
Sehingga perlu ditelusuri, apakah ada keterlibatan kepala daerah dalam kasus korupsi ini, atau memang murni dilakukan oleh Topan sebagai Kadis PU saja.
"Mengenai proyek pembangunan jalan di daerah, kemudian di situ Kepala Dinas PU, itu adalah kaki tangan langsung seorang kepala daerah."
"Sehingga kalau pengalaman saya ketika menangani berbagai kasus OTT di KPK biasanya itu sudah satu paket, kalau kepala daerah kena pasti Kepala Dinas PU kena."
"Karena anggaran paling besar itu adanya di Dinas PU dan yang paling banyak bisa menghasilkan korupsi adalah proyek pembangunan jalan, karena itu paling banyak bisa di mark up," ungkap Yudi.
Topan Ginting Diberikan Per Termin hingga Mencapai Rp 8 Miliar
Melansir Tribun Medan, Topan Ginting disebut telah mengatur perusahaan swasta pemenang lelang untuk memperoleh keuntungan ekonomi.
Menurut Plt Direktur Penyidikan KPK Asep Guntur Rahayu, Topan menginstruksikan kepada RES selaku Kepala UPTD Gunung Tua Dinas PUPR Provinsi Sumut yang juga pejabat pembuat komitmen (PPK) dalam proyek ini untuk menunjuk Dirut PT DNG, KIR, menjalankan proyek pembangunan Jalan Sipiongot Batas Labusel dan Jalan Hutaimbaru-Sipiongot dengan nilai total kedua proyek Rp 157,8 miliar.
"Seharusnya pihak swasta itu tidak hanya sendirian yang diikutkan. Di sini sudah diikutkan Saudara KIR sebagai Direktur Utama PT DNG ini sudah dibawa sama Saudara TOP ini, Kepala Dinas PUPR. Kemudian juga TOP ini memerintahkan Saudara RES untuk menunjuk Saudara KIR. Di sini sudah terlihat perbuatannya," kata Asep.
Topan pun diduga akan menerima uang sebesar Rp 8 miliar dari upayanya meloloskan pihak perusahaan pemenang lelang tersebut.
"Kepala Dinas akan diberikan sekitar 4-5 persen dari nilai proyek. Kalau dikira-kira ya dari Rp 231,8 miliar itu, 4 persennya sekitar Rp 8 miliaran ya itu,"ungkap Asep Guntur Rahayu saat konferensi pers di gedung Merah Putih KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (28/6/2025).
Asep menjelaskan, uang Rp 8 miliar itu akan diberikan kepada Topan secara bertahap hingga proyek selesai dikerjakan oleh pihak M Akhirun Piliang selaku Dirut PT DNG, yang ditunjuk untuk menjalankan proyek jalan tersebut.
"Tapi nanti bertahap, setelah proyeknya selesai, karena pembayarannya pun termin gitu ya, ada termin pembayarannya,"beber Asep.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com
Yenti Garnasih dan Boyamin Dukung KPK Periksa Gubernur Sumut Bobby Nasution |
![]() |
---|
MAKI Minta Bobby Nasution Diperiksa soal Korupsi Proyek Jalan Sumut, Ancam Akan Tempuh Jalur Hukum |
![]() |
---|
KPK Bakal Periksa Bobby Nasution untuk Telusuri Aliran Uang Korupsi di Dinas PUPR Sumut |
![]() |
---|
Pejabat Sumut yang Terjaring OTT Ternyata Orang Dekat Gubernur, KPK Kejar Aliran Dana ke Pihak Lain |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.