Dari Toraja ke Jakarta, Thalia Kini Resmi Jadi Dokter dan Siap Pulang Mengabdi ke Papua

Ringkasan Berita:

• Aprilda Yulifa Thalia Thomas Karupukaro, gadis keturunan Kamoro–Toraja, resmi menjadi dokter setelah kuliah enam tahun di Unika Atma Jaya.
• Thalia menempuh pendidikan lewat beasiswa dari YPMAK PT Freeport Indonesia dan berencana mengabdi kembali ke Papua.
• Ia menjadi dokter pertama di keluarganya dan ingin membantu masyarakat pelosok mendapatkan akses kesehatan yang layak.

 
TRIBUNBEKASI.COM, JAKARTA – Langkah kaki kecil Thalia dulu mungkin tak pernah menyangka akan membawanya sejauh ini. Gadis keturunan suku Kamoro–Toraja itu kini resmi menyandang gelar dokter, hasil perjuangan enam tahun menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya, Jakarta.

Selasa (4/11/2025) siang itu, suasana Kampus II Unika Atma Jaya di Pluit, Jakarta Utara, terasa haru. Di tengah para wisudawan berbaju toga, Thalia berdiri tegak dengan mata berbinar. Ia baru saja menuntaskan sumpah dokter, mimpi yang ia bawa sejak kecil dari tanah kelahirannya di pesisir Papua.

“Motivasi saya jadi dokter karena dulu sering lihat sendiri betapa sulitnya akses kesehatan di daerah saya,” ujar Thalia dengan suara lirih saat ditemui di kampus.

Baca juga: Lihat Istri Sering Unggah Foto di Facebook, Pria di Ogan Ilir Nekat Pukul Suryani hingga Babak Belur

Baca juga: Gubernur Riau Abdul Wahid Kena OTT KPK di Pekanbaru, Ini Profil dan Harta Kekayaannya

Baca juga: 2 Jam Bicara Empat Mata dengan Prabowo di Istana, ini Pengakuan Ignasius Jonan Terkait Whoosh

Perjalanan Thalia tidak mudah. Ia mendapat beasiswa dari Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK) PT Freeport Indonesia sejak duduk di bangku SMP tahun 2013. Dari Toraja, ia kemudian melanjutkan sekolah hingga diterima di Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya pada 2019.

Menurut Thalia, program beasiswa itu membuka pintu besar bagi anak-anak Papua untuk menggapai cita-cita tinggi tanpa terbebani biaya pendidikan.

“Kalau di tempat saya, masyarakat mau ke rumah sakit saja harus naik perahu dulu, keluar biaya bensin, sampai pelabuhan masih harus cari taksi. Banyak yang akhirnya memilih tidak berobat,” kata perempuan kelahiran 19 April 2001 itu.

Ia mengaku ingin kembali ke tanah kelahirannya di Papua setelah menyelesaikan masa internship selama 1–2 tahun, sebelum mengambil spesialis Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT).

“Saya suka THT karena bisa langsung lihat anatomi tubuh manusia. Belajarnya lebih nyata, bukan sekadar hafalan,” ucapnya sambil tersenyum.

Meski jauh dari keluarga selama enam tahun di Jakarta, Thalia bersyukur atas setiap langkah perjuangannya. Ia merasa beruntung mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk tempat tinggal dan biaya pendidikan penuh selama kuliah.

“Saya tahu banyak orang berharap pada saya. Karena itu, saya ingin pulang dan membantu masyarakat yang kesulitan berobat,” ujar Thalia.

Sang ibu, Nur Ihfa Karupukaro, tak kuasa menahan air mata bahagia. Ia menyebut Thalia sebagai dokter pertama di keluarganya, sesuatu yang dulu terasa mustahil.

“Dari kecil dia sudah bilang ingin jadi dokter. Saya bangga sekali, apalagi semua biaya pendidikannya ditanggung. Kami hanya bisa berterima kasih,” tutur Ihfa.

Ia berharap kisah Thalia menjadi inspirasi bagi anak-anak muda di Timur Indonesia untuk terus berjuang mengejar mimpi.

“Papua itu luas, masih banyak yang butuh tenaga terampil. Semoga anak-anak lain bisa menyusul langkah Thalia,” ucapnya penuh harap.

Untuk diketahui, Thalia menjadi satu dari 23 peserta yang mengucapkan Sumpah Dokter usai lulus dari Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya Jakarta.

Baca berita Tribunbekasi lainnya di TribunBekasi.com dan di Google News