Kejahatan Siber

Hidup Sebatang Kara dan Tak Tamat SMK, Hacker Bjorka Bisa Bobol Data 4,9 Juta Nasabah Bank Swasta

WFT, pemuda tak lulus SMK, ditangkap polisi karena diduga Bjorka. Ia bobol data 4,9 juta nasabah bank swasta dan hidup dari hasil jual data.

Penulis: Ramadhan L Q | Editor: Mohamad Yusuf
Warta Kota/Ramadhan LQ
TANGKAP BJORKA – Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya merilis penangkapan WFT (22), pemuda asal Minahasa yang menggunakan nama samaran Bjorka, di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Kamis (2/10/2025). Ia diduga mencuri dan menjual data jutaan nasabah bank swasta. 

TRIBUNBEKASI.COM, BEKASI – Siapa sangka, seorang pemuda yang tak lulus sekolah bisa menghebohkan jagat maya dengan kemampuan meretas yang membuat aparat kewalahan.

Dialah WFT, 24 tahun, yang ditangkap Polda Metro Jaya karena diduga sebagai sosok di balik akun X Bjorka. Ia disebut membobol data 4,9 juta nasabah sebuah bank swasta di Indonesia.

Penangkapan ini sekaligus membuka cerita hidup WFT yang penuh kontradiksi. Tak tamat SMK, hidup tanpa pekerjaan tetap, namun sanggup menembus dinding siber yang seharusnya hanya bisa dilakukan ahli IT.

Wakil Direktur Reserse Siber Polda Metro Jaya, AKBP Fian Yunus, menyebut WFT bukan seorang ahli teknologi.

Baca juga: Akhirnya, Polisi Tangkap “Bjorka”, Si Hacker Pencuri dan Jual Data Nasabah Bank

Baca juga: Aksi Nikita Mirzani Joget Caesar dan Ketawa Ketiwi saat Sidang Kasus Pemerasan

Baca juga: Dinkes Bekasi Tegaskan MBG Tidak Wajib, Orang Tua dan Murid Boleh Menolak

“Hanya orang yang tidak lulus SMK. Namun, secara otodidak dia mempelajari IT dari komunitas media sosial,” ujar Fian dalam konferensi pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Kamis (2/10/2025).

Sejak 2020, WFT rajin menghabiskan waktu di depan komputer. Dari rumahnya, ia menyelami forum-forum gelap hingga dunia dark web. Semua dilakukan sendirian, tanpa guru, tanpa teman dekat.

“Sehari-hari dia tidak bekerja, hanya di depan komputer. Dari situlah dia mengenal forum gelap dan teknik peretasan,” kata Kasubdit IV Siber, AKBP Herman Edco Wijaya Simbolon.

Fian mengungkapkan, WFT adalah anak tunggal yang telah lama yatim piatu. Hasil penjualan data nasabah yang ia bobol digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, bukan untuk gaya hidup mewah.

“Hasil tracing menunjukkan, uangnya dipakai untuk kebutuhan pribadi. Dia menghidupi keluarganya meski hanya seorang diri,” jelas Fian.

Puluhan juta rupiah mengalir dari hasil penjualan data di dark web. Namun uang itu cepat habis untuk makan, sewa tempat tinggal, dan keperluan harian.

Awalnya, WFT sempat mencoba memeras pihak bank. Pada Februari 2025, ia mengunggah database nasabah ke akun X miliknya dengan username @bjorkanesiaaa.

Ia juga mengirim pesan langsung ke akun resmi bank tersebut, mengklaim sudah meretas 4,9 juta akun.

“Motifnya untuk memeras pihak bank. Namun belum sempat terjadi karena bank langsung melapor ke polisi,” terang Herman.

Benarkah Bjorka?

Nama Bjorka sempat membuat geger Indonesia pada 2020, ketika akun itu membocorkan data pejabat hingga instansi negara.

Kini, polisi masih menyelidiki apakah WFT benar-benar sosok yang sama.

“Apakah dia Bjorka 2020? Mungkin. Apakah dia Opposite 6890 yang juga dicari? Mungkin. Tapi di dunia siber ada istilah everybody can be anybody. Jadi kami masih perlu pendalaman,” ucap Fian.

Atas aksinya, WFT dijerat berlapis pasal Undang-Undang ITE serta UU Perlindungan Data Pribadi. Hukuman maksimalnya mencapai 12 tahun penjara dan denda miliaran rupiah.

Kini WFT hanya bisa menanti proses hukum yang akan menentukan nasibnya. Dari seorang anak muda yang kesepian, ia berakhir dengan label hacker yang menggetarkan jagat siber.

Baca berita TribunBekasi.com lainnya di Google News

Ikuti saluran TRIBUN BEKASI di WhatsApp 

Sumber: Wartakota
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved