Pelajar Tewas Tenggelam

Kisah Pilu Andri, Pelajar SMK yang Jadi Jukir Malam demi Ibu, Tewas Tenggelam saat Dikejar Warga

Andri, pelajar SMK di Cengkareng, tewas tenggelam di kali. Ia dikenal penurut dan jadi tulang punggung keluarga sejak ayahnya meninggal.

|
Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Mohamad Yusuf
Warta Kota/Nuri Yatul Hikmah
PENUH DUKA – Suasana rumah duka Andri di RT 06 RW 05 Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat, Selasa (14/10/2025). Keluarga masih larut dalam kesedihan usai kepergian pelajar SMK di Cengkareng, tewas tenggelam di kali tersebut. 

TRIBUNBEKASI.COM, CENGKARENG – Di mata keluarga, Andri Maulana bukan sekadar pelajar SMK. Ia adalah tulang punggung keluarga, sosok anak bungsu yang diam-diam menanggung beratnya hidup demi ibu dan kakak-kakaknya.

Kini, remaja 17 tahun itu hanya tinggal nama. Ia ditemukan tewas tenggelam di Kali Green Court, Cengkareng, Jakarta Barat, Selasa (14/10/2025).

Hujan gerimis sore itu tak menyurutkan langkah warga yang berdatangan ke rumah duka di RT 06 RW 05 Duri Kosambi.

Rumah semi permanen berukuran sekitar 40 meter persegi itu menjadi saksi bisu kesederhanaan hidup Andri. Atapnya dari genteng berlumut, dilapisi plastik hitam kusam agar air hujan tak menetes ke dalam rumah.

Baca juga: Video Injak Al-Quran Viral, Vita ASN Bengkulu Diperiksa 3 Jam dan Minta Maaf

Baca juga: Jokowi Akui Siap All Out Bantu PSI, Ungkap Alasan akan Kerja Keras untuk Partai Sang Anak

Baca juga: Puput Hamil Anak Ketiga, Ahok Pamer Momen Foto Keluarga Serba Putih

Dari balik pintu kayu yang mulai lapuk, suara isak tangis terdengar lirih. Ibu Andri masih tampak linglung. Sesekali ia menanyakan apakah anak bungsunya sudah sarapan pagi. Padahal, Andri telah pergi untuk selamanya.

Sejak ayahnya meninggal dunia pada 2022, Andri memilih menjadi dewasa sebelum waktunya. Ia sadar keluarga butuh sosok yang kuat. Siang sekolah, malam bekerja sebagai juru parkir.

“Dia itu anaknya penurut, tanggung jawab banget. Sayang banget sama emak,” kata Candra (35), kakak sulung Andri saat ditemui Tribun di rumah duka, Selasa (14/10/2025).

Setiap malam Andri mulai bekerja dari pukul 19.00 hingga tengah malam. Begitu pulang, ia langsung tidur, lalu ke sekolah pagi harinya. Aktivitas itu dijalani setiap hari tanpa keluh kesah.

“Mana ada anak sekolah markir sampai jam 12 malam. Dia kuat, enggak pernah ngeluh,” tutur Candra dengan mata berkaca-kaca.

Kondisi keluarga yang serba terbatas membuat pihak sekolah pun memahami. Andri adalah penerima Kartu Jakarta Pintar (KJP).

Guru-gurunya sering datang ke rumah, kadang membawa beras, kadang menjemputnya langsung agar ia tak absen di hari penting. Mereka tahu, Andri bukan anak pembangkang. Ia hanya berjuang untuk hidup.

“Gurunya juga paham banget sama dia. Kadang kalau capek, enggak masuk, dijemput,” kata Candra pelan.

Dari hasil kerja kerasnya, Andri sempat membeli motor. Motor itu menjadi kebanggaannya sekaligus bukti betapa gigih ia berjuang.

“Motor juga dia beli sendiri, hasil kerja dia. Saya omelin juga enggak pernah dia jawab, diam aja,” ujar Candra.

Namun kini, motor itu hanya tinggal kenangan. Andri telah pergi, meninggalkan rumah yang selalu dijaganya.

Sumber: Wartakota
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved