Serangan KKB

Tembak Mati Guru dan Dua Tentara, Kini KKB 'Ngemis' agar TNI Tak Gunakan Serangan Udara

Guru, pekerja jalan, dan dua prajurit TNI tewas dalam serangan KKB Papua. Situasi makin mencekam, KKB keluarkan ancaman terbuka.

Editor: Mohamad Yusuf
HO
KKB BERSIAGA - Anggota OPM atau Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) tampak bersiaga di Intan Jaya, Papua Tengah, Minggu (8/12/2024). Kelompok bersenjata ini disebut terlibat dalam sejumlah serangan terhadap guru, pekerja jalan, dan anggota TNI di Papua. 

TRIBUNBEKASI.COM, PALMERAH– Suara tembakan kembali memecah keheningan di wilayah pegunungan Papua.

Dalam beberapa pekan terakhir, aroma ketegangan makin terasa. Deru helikopter militer, jalanan desa yang lengang, dan rumah-rumah warga yang tertutup rapat menjadi pemandangan sehari-hari.

Di tengah situasi yang kian mencekam, Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) atau Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) kembali melancarkan serangan brutal. Guru, pekerja jalan, hingga prajurit TNI menjadi korban.

Aksi berdarah itu memicu peringatan keras dari juru bicara TPNPB, Sebby Sambom. Ia mengancam akan melancarkan serangan ulang jika TNI melakukan balasan.

Baca juga: Video Injak Al-Quran Viral, Vita ASN Bengkulu Diperiksa 3 Jam dan Minta Maaf

Baca juga: Jokowi Akui Siap All Out Bantu PSI, Ungkap Alasan akan Kerja Keras untuk Partai Sang Anak

Baca juga: Puput Hamil Anak Ketiga, Ahok Pamer Momen Foto Keluarga Serba Putih

Dalam pernyataannya, Sebby Sambom memperingatkan Presiden Prabowo dan Panglima TNI agar tidak melancarkan serangan udara ke wilayah sipil di Papua.

Ia juga meminta aparat TNI-Polri meninggalkan Papua dan membantu evakuasi warga pendatang.

“Patuhi aturan zona perang kami, dan kalian akan selamat,” kata Sebby dalam keterangan tertulisnya.

Ancaman ini meluas hingga ke berbagai wilayah konflik seperti Pegunungan Bintang, Intan Jaya, Yahukimo, Paniai, dan Nduga.

Sejak akhir September hingga 11 Oktober 2025, bentrokan bersenjata terjadi di beberapa titik. Dua prajurit TNI gugur, beberapa lainnya terluka.

Salah satunya Praka Amin Nurohman dari Yonif 410/Alugoro yang tewas dalam serangan terhadap Pos Moyeba di Distrik Moskona Utara, Teluk Bintuni. Senjata laras panjang miliknya juga dirampas.

Letkol Justianus Daniel Manalu dari Kodam XVIII/Kasuari mengecam keras aksi tersebut.
“Ini bentuk kekejaman dan kekejian terhadap TNI, Polri, maupun masyarakat,” ujarnya.

Pada 11 Oktober, TPNPB-OPM mengklaim bertanggung jawab atas penembakan dua prajurit TNI di dua lokasi berbeda.

Letda Fauzy A dari Yonif 733/AVT tewas dalam serangan di Kiwirok, Pegunungan Bintang. Aksi ini disebut sebagai balasan atas serangan udara TNI menggunakan pesawat Super Tucano yang menjatuhkan bom MK-81 dan MK-82.

Kodap IV Sorong Raya juga mengklaim menembak mati Praka Amin dan merebut senjatanya.

Kekerasan tak hanya menyasar aparat. Sektor pendidikan pun tak luput.
Pada 7 Oktober, KKB Ngalum Kupel membakar SMP Negeri Kiwirok di Desa Sopamikma. Sekolah yang sama pernah dibakar pada 2021.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved