Berita Nasional
Kisah Pengusaha Atribut Partai, Berani Utangi Anggota Dewan Ratusan Juta
Pengusaha atribut partai mengungkapkan banyak anggota dewan yang saat kampanye nekad berutang ketika bikin atribut.
Penulis: Desy Selviany | Editor: Valentino Verry
"Karena kan dari ratusan pelanggan paling yang seperti itu hanya beberapa tidak sampai 10," ujarnya.
Baca juga: Rahmat Effendi Batasi Tamu Akad Nikah di Gedung Pertemuan Maksimal 30 Orang
Effendi pun mengungkapkan dirinya menjadi korban dari sistem politik uang yang semakin menjamur dalam pesta demokrasi Indonesia.
Omsetnya turun hingga 70 persen karena politik uang.
Pemilik CV Harapan Perdana di Pasar Senen, Jakarta Pusat itu mengatakan usahanya naik daun saat pascareformasi.
Saat itu, Indonesia kerap mengadakan pesta rakyat baik itu Pemilu atau Pilkada serentak.
Massa keemasan usaha Effendi berlangsung dari tahun 2006 hingga 2009.
Saat itu ada 48 partai yang tercatat ikut kontestasi.
Baca juga: Aksi Maling di Minimarket Ini Terekam CCTV, Barang Curian Dimasukkan ke Jaketnya
Namun, saat Pemilu dan Pilkada kerap berlangsung, justru politik uang semakin merajalela.
Dampaknya, Effendi menjadi sulit menawarkan percetakan atribut partai yang dijualnya.
"Metode Caleg mulai berubah. Dulu orang itu terfokus pada atribut, sekarang orang fokusnya ke serangan fajar, jadi calon-calon politik anggap lebih baik kasih uang ketimbang atribut," ujar Effendi.
Kata Effendi, di tahun 2014 ia mulai kehilangan 50 persen pelanggannya. Kondisi itu semakin parah di tahun 2019.
Di tahun Pilpres dan Pemilu serentak itu, Effendi bahkan kehilangan 70 persen pelanggannya.
Baca juga: Hakim Tunda Bacakan Putusan, Vicky Prasetyo Mengaku Tak Kecewa
Pada Pilkada serentak tahun 2020 kondisinya lebih parah lagi. Effendi kehilangan 80 persen pelanggannya.
Kondisi pandemi membuat peserta Pilkada tak lagi memesan atribut partai karena pelarangan berkumpul dan berkerumun.