Berita Bekasi

Banyak Pedagang Pasar Induk Cibitung Gagal Divaksin Covid-19 karena tak Lolos Skrining

Program vaksinasi Covid-19 digelar di Pasar Induk Cibitung, Kabupaten Bekasi. Namun, banyak pedagang justru gagal vaksin karena tak penuhi syarat.

Penulis: Rangga Baskoro | Editor: Valentino Verry
Warta Kota/Rangga Baskoro
Isep Kadarisman Kasubbag Tata Usaha (TU) UPTD Pasar Induk Cibitung mengatakan banyak pedagang yang tak lolos skrining saat digelar vaksinasi Covid-19. 

TRIBUNBEKASI.COM, BEKASI - Kasubag TU UPTD Pasar Induk Cibitung, Isep Kadarisman mengatakan terdapat banyak pedagang yang tak lolos skrining saat kegiatan vaksinasi digelar pihaknya pada Juni dan Juli lalu.

Kegiatan pada bulan Juni menargetkan sebanyak 300 pedagang yang diharapkan telah divaksinasi, namun 120 orang dinyatakan tak lolos skrining.

Baca juga: Daya Beli Lemah, Stok Melimpah Menekan Harga Komoditas Sayur Mayur di Pasar Induk Cibitung

"Bulan Juni waktu itu kegiatannya di lingkungan pasar, targetnya 300 orang, tapi yang lolos tes kesehatan hanya 180 orang," kata Isep saat ditemui di Pasar Induk Cibitung, Rabu (22/9/2021).

Sama halnya pada kegiatan vaksinasi yang dilakukan pada Juli lalu, dari 300 target, hanya terdapat kurang lebih 160 orang yang diperbolehkan menerima vaksin.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan banyaknya pedagang yang gagal saat proses skrining.

"Ya mungkin karena banyak pedagang itu kurang tidur, karena stok barang datang keseringan malam hari, sedangkan kegiatan vaksin dilakukan pas pagi harinya, sehingga saat skrining tensinya tinggi dan enggak lolos," ucapnya.

Meski begitu, Isep mengaku cukup banyak pedagang yang telah divaksinasi di tempat tinggalnya masing-masing.

Meski tak merinci, Isep memperkirakan setidaknya sebanyak 50 persen dari total pedagang di Pasar Induk Cibitung, sudah menerima vaksinasi dosis pertama.

Baca juga: Perluas Akses Pasar, Kemenperin Latih 13 Ribu Industri Kecil Menengah Lewat program e-Smart IKM

"Total pedagang ada 1.200 orang. Kira-kira sudah 600 orang lah yang divaksin, itu datanya kalau kita tambah sama pedagang-pedagang yang divaksin di tempat tinggalnya," ungkapnya.

Pihaknya mengarahkan para pedagang untuk melanjutkan vaksinasi dosis kedua ke Puskesmas Desa Wanasari.

Sementara itu, pedagang yang belum divaksin diharapkan bisa mengikuti vaksinasi di wilayah lain.

"Kami terkendala ketersediaan tempat, karena waktu itu vaksinasi digelar di lahan parkiran pazar. Nah, sekarang lahan itu lagi proses pembangunan, jadi sepertinya tidak ada lagi kegiatan vaksin di pasar," tutur Isep.

Pada kesempatan itu, Isep mengatakan harga sejumlah komoditas sayuran di Pasar Induk Cibitung saat ini relatif mengalami penurunan harga.

Baca juga: Sri Mulyani Lega saat DPR Setujui Permintaan Tambahan Anggaran Sebesar Rp 992 Miliar

Salah satu faktor yang menjadi penyebabnya juga karena melimpahnya stok komoditas sayuran akibat menurunnya pembeli.

"Ada penurunan harga sekarang sebesar 50 persen. Stok barangnya juga relatif stabil, jadi ya melimpah," ungkapnya.

Berkurangnya pembeli sayuran di Pasar Induk Cibitung membuat para pedagang terpaksa menjual sayuran dengan harga yang murah, seperti Sari (45) pedagang cabai rawit merah.

Ketika banyak pembelinya, Sari bisa menyetok lebih dari 10 karung cabai rawit merah yang ludes dibeli oleh pasar-pasar di Kota Bekasi.

Baca juga: Polisi Grebek Toko Kosmetik yang Sering Dikunjungi Pemuda dan Remaja, Ternyata ini Alasannya

"Dulu pas Juni dan Juli selalu kehabisan stok, padahal waktu itu harganya Rp60.000 per kilogram. Satu karung kan itu isinya 50 kilogram," ujar Sari.

Kini, Sari terpaksa harus mengurangi pembelian cabai rawit merah menjadi tak lebih dari 5 karung. Berkurangnya pembeli menjadi alasan utamanya.

Terlebih lagi, cabai rawit merah kini hanya dijual seharga Rp12.000 per kilogram.

"Sekarang beli lima karung juga deg-degan takutnya enggak habis. Kalau enggak habis ya terpaksa jual murah, daripada busuk," ungkapnya.

Menurut Isep, melimpahnya stok beberapa komoditas sayuran terjadi sejak awal Agustus lalu. Hanya terdapat satu komoditas sayuran saja yang mengalami kenaikan harga, yaitu tomat.

Baca juga: Waspada Kasus Penipuan Modus Mengatasnamakan Bea Cukai, Kemenkeu Sri Mulyani: Jangan Sampai Tertipu!

"Yang lain relatif turun harganya, kalau tomat biasanya kan Rp5.000 per kilogram, sekarang jadi Rp10.000-15.000. Itu saja yang naik," kata Isep.

Kenaikan harga tomat terjadi karena berkurangnya pasokan tomat dari petani di wilayah Bandung, Pangalengan dan Garut. Alhasil, pihaknya kini harus memesan tomat dari wilayah di luar Pulau Jawa.

"Karena tomat di daerah (Jawa) kosong, akhirnya kami ambil dari Bali, Medan dan Padang," tuturnya.

Isep Kadarisman Kasubbag Tata Usaha (TU) UPTD Pasar Induk Cibitung mengatakan stok komoditas sayuran dipastikan aman hingga akhir tahun.

Hal itu dikarenakan menurunnya minat masyarakat untuk membeli sayuran sehingga menyebabkan stoknya melimpah.

"Kalau stok sih aman ya, paling enggak hingga akhir tahun. Karena kan pembelinya sekarang juga berkurang," ujar Isep.

Baca juga: KA Walahar Ekspres Jurusan Cikarang-Purwakarta Kembali Beroperasi, Wajib Tunjukkan Bukti Vaksin

Seperti komoditas cabai rawit merah yang stoknya mencapai 25 ton per hari dan bawang putih yang mencapai lima ton per hari.

"Bahkan stok kami surplus ya untuk beberapa komoditas, seperti cabai rawit merah itu pembelinya berkurang," katanya.

Sedangkan stok bawang merah yang mencapai 120 ton per hari, hingga kini belum mengalami kekurangan pasokan meski Pasar Induk Cibitung merupakan pemasok utama komoditas tersebut.

Diketahui Pasar Induk Cibitung memasok sayuran ke 100 pasar wilayah lain milik pemda maupun swasta di kawasan Karawang, Kota Bekasi, Kota/Kabupaten Bogor, Cikampek, Purwakarta, Tangerang, hingga Cileungsi.

"Kami kan stok bawang merah sehari bisa sampai 120 ton yang dipasok ke pasar-pasar induk seperti Kramat Jati, Bogor, Tangerang dan Lampung. Itu 120 ton itu habis sehari, cukup lah pasokannya," ungkap Isep.

Faktor lain yang menyebabkan melimpahnya stok juga dikarenakan beberapa komoditas sedang mengalami fase panen raya.

Baca juga: Menperin Genjot Nilai Tambah dan Daya Saing Industri setelah DPR Setujui Tambahan Anggaran Belanja

Ia memprediksi harga beberapa komoditas sayuran bakal mengalami kenaikan di akhir tahun 2021 hingga awal 2022 mendatang. Hal itu dikarenakan faktor musim hujan.

"Kalau musim hujan biasanya petani jarang yang naik (ke kebun), karena takut longsor sama banjir, makanya tiap musim hujan itu biasanya harga ada kenaikan," tandasnya.

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved