Berita Daerah

Suhara Manullang Terpanggil Menjadi Dokter karena Kakak Meninggal Akibat Sakit Asma

Koordinator Rumah Lawan Covid-19 (RLC) Kota Tangsel, Suhara Manullang, ingin terus memperdalam ilmu soal sakit asma, karena dia terpanggil membantu.

Penulis: Gilbert Sem Sandro | Editor: Valentino Verry
warta kota/gilbert sem sandro
Koordinator RLC Kota Tangsel, Suhara Manullang menceritakan latar belakangnya menjadi dokter, karena sang kakak meningal akibat sakit asma. 

TRIBUNBEKASI.COM, TANGSEL - Dokter Suhara Manullang, merupakan sosok yang berperan penting dalam menanggulangi kasus Covid-19 di Kota Tangerang Selatan.

Suhara adalah koordinator Rumah Lawan Covid-19 yang dibentuk pada 16 April 2020 lalu, oleh Wali Kota Tangerang Selatan kala itu, Airin Rachmi Diany, guna menangani warga yang terpapar Covid-19 baik yang tanpa gejala maupun gejala ringan.

RLC tersebut dibuat untuk memisahkan orang-orang yang terinfeksi Covid-19 dengan pola 3T yang tepat, yakni testing, tracing, dan treatment.

Baca juga: Pedagang Sembako Pasar Palmerah Terkejut saat Tahu Minyak Goreng Curah Dilarang Dijual Tahun Depan

Masa Kecil Suhara Manullang

Dr. Suhara Manullang, Mkes, merupakan putera keturunan suku Batak yang lahir di Bandung, 21 Juli 1960.

Suhara merupakan putera kedua dari lima bersaudara.

Suhara memilih bercita-cita menjadi dokter, lantaran kakak pertamanya meninggal akibat menderita penyakit asma. 

Menurutnya, saat itu kakak perempuan Suhara tidak tertolong, sebab dokter terlambat datang untuk menangani.

Sejak saat itu, Suhara mengaku berniat menjadi dokter agar mengetahui lebih dalam tentang dunia kesehatan, khususnya asma, yang menjadi penyebab meninggal kakak Suhara.

Baca juga: Nagita Slavina Pilih Melahirkan secara Caesar Berhubung Masih Pandemi Virus Corona

"Saya itu lahir di Bandung tahun 1960 dengan anak kedua dari lima bersaudara. Ya saya terlahir di lingkungan keluarga biasa-biasa saja, seperti orang lain pada umumnya," ujar Suhara saat diwawancarai Wartakotalive.com di PMI Tangerang Selatan, Kamis (25/11/2021).

"Dulu waktu saya kelas 2 SMP, kakak saya meninggal di pangkuan ibu saya karena sakit asma. Dia meninggal karena dokter terlambat datangnya waktu itu, jadi sejak saat itu saya bertekat untuk tahu lebih dalam tentang kesehatan dan menjadi dokter, agar tau apa sih asma itu sampai menyebabkan kakak saya meninggal," ungkapnya. 

Masa Menempuh Pendidikan

Suhara menempuh masa pendidikan menengahnya di SDN Soka 1 Bandung, kemudian berlanjut di SMPN 7 Bandung dan bersekolah di SMAN 3 Bandung.

Usai menempuh pendidikan menengah keatas, Suhara berhasil diterima di Perguruan Tinggi Universitas Padjajaran dengan memilih Fakultas Kedokteran pada tahun 1980 dan lulus di tahun 1988.

Baca juga: Temukan Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak, Hubungi Saja Call Center Jakarta Siaga 112

"Saya sekolah dulu di SDN 1 Soka Bandung, lokasinya itu di depan lapangan Persib Bandung," kata Suhara.

"Lalu tahun 1980 itu saya masuk di Kedokteran Unpad Bandung dan selesai kuliah di tahun 1988. Dulu waktu masih sistem lama kuliah kedokteran Unpad paling cepat itu lulusnya 7 tahun 3 bulan, jaman saya belum ada Satuan Kredit Semester (SKS)," imbuhnya.

Kemudian Suhara juga menambahkan, dirinya sempat ingin melanjutkan pendidikan ke S2, namun tidak jadi.

Ia juga menerangkan, sempat mendapat tawaran untuk menjalani wawancara pendidikan wajib militer pada tahun 1989, setahun setelah lulus kuliah.

"Waktu itu memang saya ingin langsung melanjutkan kuliah lagi sebetulnya ambil spesialis, antara dua yakni, penyakit dalam atau bedah. Tapi kalau itu kan harus Wajib Kerja Sarjana (WKS) kalau sekarang ibaratnya CPNS, karena dulu dokter masih sedikit ya," kata dia.

"Dulu saya juga sempat dipanggil untuk diwawancarai wajib militer lewat jalur pemanggilan, tapi ya emang mungkin bukan panggilan diri saya sebagai militer, jadinya saya memilih menjadi dokter, karena saya juga sudah mendapat pemempatan tugas di Lebak, Banten, pada Juni 1989," terangnya.

Baca juga: Harga Emas Antam Naik Rp1.000, Bagi yang Mau Jual atau Beli ini Momen yang Pas, Berikut harganya

Perjalanan Karier

Suhara menjalani perjalanan karir pertamanya menjadi seorang Kepala Puskesmas Sobang, Kecamatan Muncan, Lebak, Banten. Tiga tahun menjadi kepala Puskesmas Sobang, Suhara dipindah tugaskan ke puskesmas Rangkas Bitung.

Usai bekerja beberapa tahun di puskesmas Rangkas Bitung, Suhara kemudian diangkat menjadi Kepala Seksi Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak.

"Pertama kali itu saya kerja menjadi Kepala Puskesmas Sobang, Kecamatan Muncang, di daerah perbatasan dengan Badui sana. Kurang lebih tiga tahun saya di Kecamatan Muncang, saya ditarik ke Puskesmas Rangkas Bitung, Ibukota Lebak, Banten," tuturnya.

Setelah menjadi Kasie di Dinkes Kabupaten Lebak, Suhara sempat berpindah-pindah tempat tugas, seperti menjadi Kepala Bidang Bina Kesehatan Masyarakat (Kabid Binkesmas), Kabid Kesehatan Keluarga (Kesga), hingga menjadi Kabid Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P). 

Selanjutnya Suhara akhirnya dipercaya menjadi Skeretaris Dinas dan Staff Ahli Bupati Lebak, Banten, pada tahun 2008 silam.

"Kemudian beberapa tahun kemudian, saya ditarik ke Dinkes Kabupaten Lebak untuk menjabat beberapa Kepala Seksi atau Kepala Bidang lalu ke Rumah Sakit," terangnya.

"Nah setelah itu saya dipercaya menjadi sekdis dan staff ahli Bupati Lebak, Banten, di tahun 2008, saya dua tahun jadi staff ahli itu," papar Suhara.

Setelah menjalani menjabat sebagai Sekdis dan Staff Ahli Bupati Lebak, Suhara lalu pindah ke Tangerang Selatan di tahun 2010 menjadi menjadi dokter umum di Puskesmas Serpong 1.

Setelah enam tahun mengabdi bagi warga Serpong, pada 2017 Suhara kembali diangkat menjadi Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tangerang Selatan, oleh Walikota Tangerang Selatan, Airin Rachmi Diany.

Suksesnya, perjalanan karier Suhara di dunia kesehatan terbukti, dengan dipercaya mengemban sebuah jabatan lainnya yakni, Plt Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Tangerang Selatan.

"Setelah enam tahun jadi dokter di puskesmas, 2017 saya dipanggil ibu walikota saat itu, Bu Airin menjadi direktur RSU Tangsel. Lalu di bulan Juni itu saya merangkap jadi Plt Kadinkes, karena waktu itu ada kekosongan posisi Kepala Dinas Kesehatan," paparnya.

"Dan selanjutnya saya bulan November saya diminta membantu Unit Donor Darah (UDD) PMI Tangerang Selatan, tetapi secara resminya pelaksanaan saya itu di PMI pada Februari 2018," jelasnya.

Setelah itu Suhara pun memutuskan untuk pensiun pada Agustus 2018 karena dirinya telah berusia 58 tahun.

Kendati demikian, Suhara kembali diminta untuk menjadi Dewan Pengawas RSUD Tangsel, meski sudah tidak lagi muda.

Setelah itu, ketika Pandemi Covid-19 menerpa Indonesia pada tahun 2020 lalu, Suhara lanjut kembali dipercaya menjadi koordinator RLC Tangerang Selatan untuk mengontrol penyebaran Covid-19.

Selanjutnya, meski posisi Walikota Tangerang Selatan berganti menjadi Benyamin Davnie, Suhara masih tetap dipercaya menjadi Staff Khusus Walikota Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia, sejak 1 Mei 2021 lalu.

"Lalu Agustus karena umur saya sudah 58 tahun, biar berganti dengan yang baru akhirnya saya per 1 Agustus putuskan pensiun. Tapi akhirnya saya diminta menjadi dewan pengawas rumah sakit lalu pandemi muncul, saya diminta memimpin pengawalan Covid-19 di RLC itu," ucapnya.

"Tapi setelah pergantian Walikota Tangsel yang sekarang dipimpin oleh pak Benyamin, tetapi saya masih minta menjadi staff khusus Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia.

Sumber: Wartakota
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved