WIKI Cellica Nurrachadiana 2
Gunakan Ilmu Kedokteran Selama Pimpin Karawang 12 Tahun: Aku Belajar dari Banyak Orang
Dalam pemerintahan bisa bentuk pemetaan kepada dinas-dinas terkait, jika kedokteran ke bagian bidangnya masing-masing.
Penulis: Muhammad Azzam | Editor: Dedy
TRIBUNBEKASI.COM, KARAWANG --- Cellica Nurrachadiana telah memimpin Karawang selama 12 tahun, sejak tahun 2014 hingga sekarang.
Untuk dua tahun awal pada 2014 hingga 2015 sebagai pelaksana tugas (plt) Bupati Karawang menggantikan Ade Swara yang tertangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena korupsi pencucian uang.
Lalu 2015 hingga 2020 menjadi Bupati Karawang dengan wakilnya Ahmad Zamakhsyari. Dan 2021 hingga sekarang menjadi Bupati Karawang dengan wakilnya Aep Syaepuloh.
Karier politik perempuan kelahiran Bandung, Jawa Barat pada 18 Juli 1980 itu terbilang mentereng.
Baca juga: Pembangunan Pelabuhan Ikan Besar Paling Dinantikan Pemerintah Kabupaten Karawang, Ini Alasannya
Baca juga: KABAR BAIK, Investasi Karawang Urutan Ke-5 di Indonesia, Pencapaian Didominasi Sektor Manufaktur
Apalagi sebagai lulusan dokter di Universitas Maranatha, Bandung. Jarang sekali lulusan dokter terjun ke politik, apalagi sejak usia 28 tahun sudah terpilih menjadi anggota DPRD Provinsi Jawa Barat dan menjadi Wakil Bupati Karawang saat usianya masih 30 tahun.
Total sudah 12 tahun Cellica memimpin Kabupaten Karawang.
Latar belakang seorang dokter, diakuinya tak mengalami kesulitan saat menjadi eksekutif di Karawang selama 12 tahun.
"Aku learning by doing, aku tidak tokohkan satu aku belajar dari banyak orang. Senior-senior politik aku, aku engga belajar keilmuan teoritis tapi aku belajar taktis strategi lebih belajar ilmu pemerintahan. Dan aku juga gunakan ilmu kedokteran yang aku pelajari," kata Cellica.
BERITA VIDEO : BUPATI CELLICA BICARA BEASISWA HINGGA LUMBUNG PADI
Diakui Cellica, ada perbedaan saat dia menjadi legislatif sebagai anggota DPRD Provinsi Jawa Barat dengan eksekutif sebagai Bupati Karawang.
Jika legislatif tentunya menggunakan metode kolektif kolegial. Kalau pemerintahan ini kebijakan ditentukan sesuai kebutuhan dan yang diinginkan masyarakat.
"Saat aku masuk ke pemerintah, belajar dengan teman-teman ASN birokrat aku mau tahu bagiamana cara atur anggaran, gimana anggaran ini jadi kebijakan yang populis dan bisa diterima masyarakat, sesuai kebutuhan,"
"Gimana nih kalau ini engga sesuai gimana proses pengadaan gimana si proses pengadaan aman sesuai aturan dan regulasi terus bagiamana membuat sistem harus semua transparan. Semua bisa melihat bagiamana membuat sistem ngelink ke semuanya aku bisa mengetahui. Jadi jujur setelah aku jadi eksekutif aku banyak belajar dengan teman-teman birokrat," ungkap Cellica.
Baca juga: Dinas PMPTSP Karawang Optimistis Investasi di Karawang Makin Menggeliat, Ini Sebabnya
Selain banyak belajar dari para senior, tokoh, hingga rekan birokrat dalam menjalankan pemerintahannya, dirinya juga menerapkan keilmuan kedokterannya dalam memimpin Karawang.
Yakni anamnesis atau anamnesa, artinya pola pemeriksaan pasien mulai dari kepala sampai kaki. Jika dipemerintahan, dilakukan analisis sosial apa persoalannya setelah itu pemeriksaan penunjang.
Dalam pemerintahan bisa bentuk pemetaan kepada dinas-dinas terkait, jika kedokteran ke bagian bidangnya masing-masing.
"Ada differential diagnosis, apa nih tipus atau DBD kah karena dalam diaganosanya itu sama-sama demam, solusi permasalahannya. Itu sebenarnya sama dengan pola yang aku pelajari di kedokteran. Karena ini kan berhadapan langsung dengan masyarakat, bapak butuhnya apa, rumah layak huni ya tenang kita anggarakan lah itu," katanya.
Baca juga: Pos Pemadam dan Armada Kebakaran Minim, DPRD Karawang Dorong Pemkab Tingkatkan Mitigasi Kebakaran
"Kita lihat pokok persoalannya karena wilayah kami beda-beda ada wilayah desa butuh air, desa yang abrasi perlu relokasi, ada wilayah desa kekeringan, desa kebanyakan air maka banjir," imbuh dia.
Hal tersebut terasa betul saat diterapkan dalam menjalankan pemerintah di Kabupaten Karawang. Apa yang dipelajari di kedokteran berhubungan dengan manusia, begitu juga dipemerintahan.
"Bicara pelayanan publik berhubungan dengan makhluk hidup dengan masyarakat. Mereka puas akan berbicara puas kalau tidak mereka akan kritik dan teriak. Saya pikir itu hal biasa, ketika mereka sembuh ucapkan terima kasih jika tidak sembuh mereka akan bertanya ke dokter sudah bener belum obatnya atau mereka cari pebanding," katanya.
Untuk itu, kata Cellica, dirinya membangun keterbukaan publik pada pemerintahannya. Mulai aktif menggunakan media digital dan media soial.
Akun media sosialnya juga secara langsung dipegang olehnya, sehingga semua keluhan warga dapat diketahui untuk langsung ditindaklanjuti.
Terlebih sekarang ini pemerintah pusat menerapkan sistem terintegrasi, dan transparansi dan akuntabel dengan menggunakan tekonologi.
"Ya sekarang kan pola manajemen sudah digital, jadi semua ini masyarakat sudah aktif medsos dan digital orang sudah bisa direct langsung dengan pemimpinnya, orang engga suka bisa tag kita, perlu apa bisa tag kita. Itu disuatu sisi jujur itu sangat terbantu dengan adanya media sosial," katanya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bekasi/foto/bank/originals/Bupati-Karawang-Cellica-Nurrachadiana.jpg)