Sejarah Jakarta

Sejarah Jakarta: Stasiun Manggarai tak Pernah Luntur jadi Jalur Vital Sejak Dibangun Tahun 1873

Stasiun Manggarai berperan sebagai sentral pengiriman komoditas pertanian dan perkebunan dari Bogor dan Sukabumi, Jawa Barat.

Penulis: Desy Selviany | Editor: Lilis Setyaningsih
Warta Kota/Joko Supriyanto
Denah Stasiun Manggarai yang terus dimodernisasi sejak dibangun tahun 1873 

TRIBUNBEKASI.COM,  JAKARTA -- Dibangunnya jalur kereta api dan stasiun jadi penggerak ekonomi sejak zaman Hindia Belanda.

Banyak stasiun yang dibangun. Salah satunya Stasiun Manggarai di Jakarta Selatan.

Stasiun Manggarai jadi saksi sejarah Jakarta. Berusia lebih dari dua  abad, keberadaanya tidak luntur oleh zaman. 

Bahkan, belakangan Stasiun Manggarai jadi viral karena kepadatannya. 

Dalam sejarah Stasiun Manggarai ternyata dibangun oleh perusahaan swasta Nedherlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) dengan lintas Jakarta-Buitenzorg (Bogor) pada tahun 1873.

Sebagai tempat pemberhentian dibangun Stasiun Bukitduri (kini depo KRL).

Stasiun Bukitduri sendiri letaknya hanya beberapa ratus meter dari Stasiun Manggarai saat ini.

Dibangunnya stasiun lantaran di kawasan Manggarai dulunya merupakan tempat tinggal dan pasar budak asal Manggarai, Flores.

Wilayah yang masuk Gementee Meester Cornelis ini pun berkembang menjadi sebuah kampung sehingga dinamakan Kampung Manggarai.

Dikutip dari heritage.kai.id pada tahun 1913 perusahaan kereta api Negara, Staatssporwegen (SS) menguasai jaringan keretaapi di Jakarta setelah membeli jalur Jakarta-Bekasi milik Bataviaasche Ooster Spoorweg Maatschappij (BOS).

Pembelian dilakukan tahun 1899 dan jalur Jakarta-Bogor milik NISM dibeli tahun 1913.

Setelahnya, SS melakukan penataan ulang jalur kereta api di Jakarta, salah satunya adalah pembongkaran Stasiun Boekitdoeri eks-NISM dan membangun Stasiun Manggarai.

Pada sejarah Stasiun Manggarai, pembangunan stasiun dimulai tahun 1914 yang dipimpin oleh arsitek Belanda bernama Ir. J. Van Gendt.

Selain stasiun dibangun pula balai yasa dan rumah-rumah dinas pegawai SS.

Pada 1 Mei 1918 Stasiun Manggarai diresmikan.

Pada tahun-tahun awal setelah diresmikan, Stasiun Manggarai berperan sebagai sentral pengiriman komoditas pertanian dan perkebunan dari Bogor dan Sukabumi, Jawa Barat.

Komoditas yang dibawa meliputi, karet, teh, buah-buahan, rempah-rempah, dan hasil bumi lainnya. Selain itu, Stasiun Manggarai juga menjadi tempat transit angkutan pos seperti telegram dan surat.

Sebenarnya pada waktu peresmian masih jauh dari selesai, karena sang arsitek, Van Gendt merancang tiang peron berbahan baja.

Baca juga: Batu Sejarah Era Kesultanan Banten ke-17 Ditemukan di Bekasi, Diyakini Sebagai Alat Melumat Tebu

Namun karena Perang Dunia I bergejolak, pasokan baja dari eropa tidak datang sehingga digunakan kayu jati sebagai pengganti tiang peron.

Bertepatan ulang tahun ke-50 SS, perusahaan ini mengoperasikan kereta listrik pertama kali dengan lintas Jakarta-Tanjung Priuk.

SS melanjutkan proyek elektrifikasi sampai Stasiun Manggarai yang rampung pada 1 Mei 1927.

Stasiun Manggarai mempunyai nilai historis yang tinggi.

Dalam sejarah Stasiun Manggarai, stasiun ini merupakan stasiun awal keberangkatan pemindahan ibukota sementara ke Yogyakrta pada 4 Januari 1946.

Segala persiapan rahasia untuk perjalanan Presiden dan Wakil Presiden pun dilaksanakan di stasiun ini.

Sang Panglima Besar Jenderal Soedirman pun pernah singgah di Stasiun Manggarai dalam rangka menghadiri perundingan gencatan senjata di Jakarta.

Kedatangan Sang Panglima dan rombongan di Stasiun Manggarai pada 1 November 1946 disambut sorak sorai rakyat Indonesia.

Tidak banyak yang tahu bahwa terdapat dua peron tua berusia 100 tahun di Stasiun Manggarai.

Struktur bangunan peron itu terbuat dari kayu kokoh yang dilengkapi saluran talang air. Bagian atasnya tertutup genteng bata berwarna oranye kemerahan.

Atap peron itu berada di jalur 1 dan 2, yang biasanya digunakan untuk kereta ke Cikarang, Bekasi, dan Jakarta Kota. Stasiun Manggarai mulai melayani kereta angkutan orang pada 6 April 1952.

Bertepatan dengan program elektrifikasi kereta oleh perusahaana kereta api negara, SS.

Baca juga: Pemkab Karawang Gandeng Pegiat dan Akademisi Telusuri Sejarah Lengkap Rengasdengklok

Jalur pertama yang dibuka untuk angkutan orang adalah jalur Tanjung Priok-Pasar Senen. Pada tahun 1930, jalur dikembangkan lagi dari Tanjung Priok ke Bogor.

Saat ini Stasiun Manggarai menjadi stasiun dengan lalu lintas kereta api tersibuk di Indonesia.

Terlebih Stasiun Manggarai direncanakan akan menjadi stasiun sentral dan akan melayani perjalanan jarak jauh.

Saat ini Stasiun Manggarai hanya melayani KRL Commuter Line tujuan Jakarta Kota, Bogor, Tanah Abang, dan Bekasi. Selain itu adapula perjalanan Kereta Bandara yang sudah beroperasi di Stasiun Manggarai.

Jika menjadi stasiun sentral, Manggarai akan menjadi pusat pelayanan perjalanan kereta komuter, bandara dan jarak jauh.

Setelah pengembangan Stasiun Manggarai selesai, maka Stasiun Gambir akan dihentikan untuk melayani perjalanan KA jarak jauh dan akan dialihkan ke Stasiun Manggarai

Baca juga: Sejarah Masjid Jami Kalipasir, Tempat Ibadah Tertua di Kota Tangerang, Kini Menginjak Usia 446 Tahun

Namun di tengah persiapan perluasan Stasiun Manggarai, pengguna kereta atau Angker direpotkan dengan kepadatan penumpang.

Situasi Stasiun Manggarai dinilai semakin padat saat adanya kebijakan yang mengharuskan transit di stasiun tersebut sejak (28/5/2022) lalu.

Bahkan saking padatnya, para Angker menyebut Stasiun Manggarai ialah jalur zombi.

Perubahan tersebut dilakukan seiring rencana pelaksanaan switch over (SO) ke-5 di Stasiun Manggarai.

Hal tersebut membuat adanya penumpukan penumpang akhir-akhir ini yang kembali terjadi di Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan.

Antrean penumpang mengular terjadi saat pagi dan sore ketika jam berangkat dan pulang kantor.

Sumber: Wartakota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved