Berita Bekasi

Asosiasi Travel Tolak Keras Studi Tur Ditiadakan, Astindo: Justru Pemerintah Wajib Edukasi

edukasi pencegahan yang perlu dilakukan jajaran guru, travel, dan pihak terkait lainnya agar peristiwa kecelakaan maut tersebut tidak terulang kembali

Penulis: Rendy Rutama | Editor: Dedy
Wartakotalive.com
Pasutri Sahrudin dan Siti Masitoh menunjukkan foto wisuda Intan Rahmawati yang menjadi korban kecelakaan maut Subang saat ditemui di Parungbingung, Depok, Selasa (14/5/2024). 

TRIBUNBEKASI.COM, BEKASI --- Sejumlah saran dan masukan mulai bermunculan usai musibah kecelakaan maut yang dialami  rombongan siswa SMK Lingga Kencana Depok di Subang, Jawa Barat pada Sabtu (11/5/2024) malam.

Ketua Umum DPP Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Pauline Suharno, menilai perlu adanya edukasi yang seharusnya dilakukan pemerintah usai kecelakaan maut tersebut.

Diantaranya mengenai edukasi pencegahan yang perlu dilakukan jajaran guru, travel, dan pihak terkait lainnya agar peristiwa kecelakaan maut tersebut tidak terulang kembali.

Sehingga, kata Pauline Suharno, pemerintah diharapkan tidak justru membuat suatu kebijakan, imbauan, bahkan aturan wajib untuk kedepannya menghapus agenda studi tur di setiap sekolah.

BERITA VIDEO : DETIK-DETIK KECELAKAAN MAUT BUS SMK LINGGA KENCANA DI SUBANG

Namun jika diperlukan pelaporan dari pihak sekolah pengajuan ke Pemerintah untuk melakukan study tour, ia pun tidak mempermasalahkan dan akan mendukung.

“Kami mengharapkan pemerintah bukan stop studi turnya ya. Tapi pemerintah mengedukasi,” kata Pauline, Rabu (15/5/2024).

Jika kedepannya pemerintah akan menerapkan aturan larangan itu, Pauline mengucapkan akan berdampak buruk bagi pihaknya.

Baca juga: Korban Kecelakaan Maut Intan Rahmawati Sempat Kena Prank Tidak Lulus Saat Wisuda di Bandung

Kemudian akan membuat wawasan dan edukasi siswa serta siswi menjadi minim jika hanya diperbolehkan wisata di dalam wilayah terdekat sekolahnya.

“Karena akhirnya tidak membantu untuk pergerakan wisatawan, padahal ini salah satu membantu pergerakan wisawatan itu, lalu juga membuat pola pikir siswa dan siswi jadi kayak kacamata kuda, ketutup lebih luas,” ucapnya.

Kembali menegaskan, Pauline menuturkan edukasi yang perlu dilakukan secara spesifik kepada masyarakat diantaranya dengan mengajak memahami saat memilih agen travel yang tepat.

Mengingat saat ini sejumlah masyarakat belum dapat memahami pentingnya memilih travel.

Hanya karena biayanya yang murah, masyarakat justru langsung memilihnya tanpa memikirkan fasilitas dari travel tersebut, atau bahkan legalitas yang dimiliki.

“Kami selalu menyarankan kepada masyarakat untuk membeli lewat travel agent yang berlisensi resmi, karena sudah menjalankan proses training untuk kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) sudah menjalankan proses sertifikasi, jadi bukan asal pilih tidak tahunya abal-abal,” paparnya.

Pauline mengungkapkan jika seandainya hal ini terus diabaikan, kejadian serupa atau permainan bisnis oleh pihak oknum untuk mencari keuntungan akan terjadi kembali.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved