Info Kesehatan
Manfaat Daun Beluntas, Ternyata Bisa Hambat Protein Virus HIV
Dalam penelitiannya, ia memilih daun beluntas karena mengandung senyawa fenolik tinggi dan telah lama dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional.
Penulis: M. Rifqi Ibnumasy | Editor: Dedy
TRIBUNBEKASI.COM, BEJI --- Proses ekstraksi senyawa aktif dari tanaman obat merupakan tahap krusial dalam pengolahan bahan baku di dalam industri farmasi.
Problemnya, metode konvensional yang banyak digunakan masih bergantung pada pelarut organik, seperti etanol dan metanol, yang berisiko toksik serta berdampak buruk bagi lingkungan.
Menjawab tantangan ini, pelarut alami berbasis bahan hayati, yakni Natural Deep Eutectic Solvent (NADES), mulai dikembangkan sebagai alternatif yang lebih aman dan berkelanjutan.
Salah satu riset yang menyoroti potensi NADES dilakukan oleh Ni Putu Ermi Hikmawanti, M.Farm., mahasiswa Program Doktor Fakultas Farmasi (FF) Universitas Indonesia (UI).
Baca juga: Waspada Gangguan Pendengaran, Simak Tips Aman Gunakan Headset Sehari-hari
Dalam disertasinya yang berjudul “Pemanfaatan NADES sebagai Pelarut Ekstraksi Daun Beluntas (Pluchea indica L.) dan Pemisahan Asam Dikafeoilquinat serta Aktivitas Antioksidan dan Antiretroviralnya”.
Dia membedah dan mengkaji efektivitas NADES dalam mengekstraksi senyawa bioaktif dari tanaman lokal Indonesia.
Dalam penelitiannya, ia memilih daun beluntas karena mengandung senyawa fenolik tinggi dan telah lama dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional.
“Beluntas ini mudah dijumpai di Indonesia, bahkan sering tumbuh di pekarangan rumah. Beluntas merupakan sumber herbal potensial untuk dikembangkan,” ujar Ermi.
Melalui serangkaian uji laboratorium, ditemukan bahwa kombinasi glisin dan asam laktat dengan rasio molar 1:3 serta penambahan air sebesar 50 persen merupakan formulasi NADES paling optimal.
Dari hasil ekstraksi tersebut, ia berhasil memisahkan salah satu senyawa utama, yakni 3,5-dikafeoilquinat (3,5-DCQA), yang kemudian diteliti lebih lanjut.
Ekstrak NADES dan fraksi kaya 3,5-DCQA yang diteliti menunjukkan aktivitas antioksidan dan antiretroviral secara in vitro.
Studi in silico menunjukkan bahwa 3,5-DCQA berpotensi menghambat protein gp120 HIV-1, yang merupakan target penting dalam fase awal infeksi HIV.
Temuan Ermi membuka peluang pengembangan 3,5-DCQA sebagai kandidat bahan aktif dalam formulasi obat herbal antiretroviral berbasis bahan alam Indonesia.
Capaian ini turut memperkuat posisi risetnya sebagai rujukan penting dalam pemanfaatan NADES, sekaligus menegaskan potensi besar sumber daya hayati Indonesia dalam pengembangan fitofarmaka yang berdaya saing global.
Selain memberikan kontribusi praktis di bidang formulasi obat, penelitian Ermi juga membawa dampak signifikan dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Tren Viral Klinik Kecantikan, Banyak Pasien Minta Ubah Wajah Mirip Filter Seperti di Media Sosial |
![]() |
---|
Sulit Mengajak Anak-anak Agar Senang dan Rutin Menggosok Gigi? Begini Tipsnya |
![]() |
---|
Ratusan Perempuan Cikarang Bekasi Ikuti Deteksi Dini Kanker Payudara |
![]() |
---|
Waspada Gangguan Pendengaran, Simak Tips Aman Gunakan Headset Sehari-hari |
![]() |
---|
Jus Jambu Biji Dipercaya Bisa Cepat Bantu Pemulihan DBD, Apa Iya? Berikut Penjelasannya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.