Program Makan Bergizi Gratis

BGN Serap Anggaran Rp 25 Trilin per Bulan untuk Sajikan MBG, Berlaku Mulai Januari 2026

BGN menargetkan penyerapan anggaran sekitar Rp 25 triliun setiap bulan, mulai Januari 2026.

Penulis: | Editor: Ign Prayoga
Diskominfostandi Kota Bekasi
MBG DI BEKASI -- Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, meninjau pelaksanaan program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di SMP Negeri 3 Kota Bekasi, Rabu (23/7/2025). 

MBG dapat meningkatkan kualitas gizi anak-anak sehingga kualitas SDM Indonesia di masa depan meningkat.

MBG adalah program prioritas nasional yang diluncurkan oleh Presiden Prabowo Subianto pada awal tahun 2025. 

Tujuannya memberikan akses makanan sehat dan bergizi secara gratis kepada kelompok rentan di seluruh Indonesia—terutama anak-anak sekolah, balita, ibu hamil, dan ibu menyusui

Selain memperbaiki kualitas gizi dan SDM, program MBG kata Presiden diharapkan mampu menciptakan ratusan ribu lapangan kerja baru.

"Juga memberdayakan UMKM dan ekonomi lokal yang akan tumbuh semakin kuat, menciptakan ratusan ribu lapangan kerja baru dan memberdayakan jutaan petani nelayan peternak pelaku-pelaku UMKM," katanya.

Presiden menegaskan pada 2026 mendatang pemerintahan akan mengalokasikan anggaran sebesar Rp335 triliun untuk memperluas jangkauan program MBG.

"Alokasi anggaran untuk MBG tahun 2026 kita alokasikan sebesar Rp 335 triliun," katanya.

Baca juga: MBG di SDN Rawabuntu 03 Tangsel Diduga Ada Bubur Basi dan Tahu Berlendir

Makan Bergizi Gratis merupakan program pembagian makan siang bagi para siswa di sekolah. Program ini dijalankan sejak awal pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Pada pelaksanaannya, ada sejumlah kendala. Di antaranya adalah kasus keracunan yang menimpa para siswa penerima MBG. Seperti yang terjadi di Gemolong, Sragen, Jawa Tengah (Jateng), Senin (11/8/2025).

Petugas kesehatan setempat mencatat, sebanyak 196 orang mengalami keracunan setelah menyantap menu MBG yang didistribusikan oleh Dapur SPPG Mitra Mandiri Gemolong 1. 

Para korban terdiri atas siswa, guru, karyawan, hingga orangtua siswa. Keracunan massal ini terjadi di dua sekolah, yakni SDN 4 Gemolong dan SMPN 3 Gemolong.

Kepala Puskesmas Gemolong, dr Agus Pranoto Budi menegaskan, pihaknya telah menangani para korban keracunan tersebut.

"Data sementara, 196 orang mengalami gejala-gejala keracunan. Ada murid, guru, karyawan, atau keluarga yang memakan makanan yang dibawa pulang," kata dia, Selasa (12/8/2025).

Agus memastikan tidak ada satu pun korban yang memerlukan rawat inap. "Kami sudah mendatangi korban dan pemulihan mereka cukup baik," tambahnya.

Guna mengantisipasi lonjakan kasus dan memberikan penanganan cepat, Puskesmas Gemolong telah mendirikan posko layanan 24 jam.

 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com 

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved