Ikan cupang itu dibagikan pada warga yang tengah mengantre untuk mendapatkan perawatan medis.
Baca juga: Rabu Pekan Depan, Satpol PP Bongkar 400 Bangli di Pulo Timaha Babelan
Baca juga: Viral Video Haru Ratusan Karyawan Sanken Bekasi Pamitan Usai Pabrik Tutup
Penyakit DBD itu berbasis lingkungan, karenanya berarti penanggulangannya harus komprehensif.
Tidak hanya menanggulangi penyakitnya tapi juga lingkungannya, maupun orangnya.
"Saya sangat mengapresiasi dengan inisiatif warga yang membagikan ikan cupang ini. Karena tentu dapat membantu, terutama memangsa jentik itu sendiri,” ucap Kepala Puskesmas Sriamur, Wiraatmaja.
Diakui Wira, kasus DBD di wilayahnya mengalami kenaikan dalam tiga bulan terakhir. Hal itu disebabkan karena cuaca, terutama musim hujan yang mulai terjadi.
Pada April lalu, sedikitnya terdapat 13 kasus DBD di Sriamur. Jumlah itu meningkat pada Mei hingga mencapai 28 kasus.
“Itu kasus dari yang melaporkan. Tapi yang tidak melaporkan itu saya yakin masih banyak, untuk mengatakan seseorang itu terkena DBD harus dicek laboratorium akan tetapi masyarakat tidak melaporkan ke kami,” ucap dia.
Baca juga: Misteri Tewasnya Syarifah Sidah Notaris asal Bogor, mulai Terungkap, Polisi Amankan 2 Terduga Pelaku
Baca juga: Lokasi Layanan Samsat Keliling di Kota/Kabupaten Bekasi dan Karawang, Senin 7 Juli 2025 Besok
Dengan peningkatan kasus tersebut, kata Wiraatmaja, perlu upaya pencegahan menyeluruh agar tidak semakin menyebar.
Karena kan puskesmas ini bukan hanya kuratif atau pengobatan akan tetapi preventif dan promotif.
"Bagaimana kita bersama dengan masyarakat mengampanyekan hidup sehat terutama dengan pencegahan 5M seperti menguras, menutup penampungan air hingga mendaur ulang atau mengubur barang bekas atau yang tidak terpakai,” tandas dia.
Baca berita TribunBekasi.com lainnya di Google News
Ikuti saluran TRIBUN BEKASI di WhatsApp.