Berita Nasional
Catatan KPAI Soal PJJ, 30 Persen Pakai Internet buat Belajar, Sisanya Main Game dan Nonton YouTube
"PJJ berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh KPAI serta aduan yang masuk masih menyisakan banyak persoalan,"
Penulis: Ikhwana Mutuah Mico | Editor: Dedy
TRIBUNBEKASI.COM --- Pandemi Covid-19 mempengaruhi proses pembelajaran anak, yang semula belajar di sekolah akhirnya harus belajar di rumah alias Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Kebijakan merubah metode pembelajaran ini pun dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran virus Covid 19.
Aktivitas Pembelajaran Jarak Jauh ini pun menjadi perhatian pihak Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pusat.
"PJJ berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh KPAI serta aduan yang masuk masih menyisakan banyak persoalan," ungkap Komisioner KPAI, Jasra Putra, Jumat (10/9/2021).
Baca juga: Penyebaran Kasus Covid-19 di Kecamatan Cilamaya Kulon Karawang Menurun, 24 Sekolah Berani Gelar PTM
Baca juga: Disdikpora Karawang Gandeng Sekolah Data Anak Yatim Korban Covid-19 yang Berhak Terima Bantuan
Persoalan tersebut di antaranya tidak semua anak-anak memiliki perangkat teknologi, kuota data, dan pendampingan orangtua yang terbatas.
Bukan hanya itu, dalam waktu lima jam penerapan PJJ, anak-anak yang menggunakan internet diperkirakan hanya 30 persen untuk kepentingan pembelajaran.
Sisanya anak-anak menggunakan kuota internet untuk berselancar di dunia maya seperti bermain game perang-perangan, nonton YouTube yang kesemuanya tidak ada kaitanya dengan pembelajaran.
Interaksi antar guru dan siswa dalam pelaksanaan PJJ menurut Jasra juga sangat terbatas.
Baca juga: Peringati Hari World Cleanup Day 2021, Pj Bupati Bekasi Ajak Warga Bersih-bersih Hingga 18 September
Baca juga: Antisipasi Wabah DBD, Santri dan Guru Ponpes Attaqwa Putra Kerja Bakti Massal dan Fogging
Metode pembelajaran dengan cara ceramah dan satu arah bagi anak dinilai sebagai kegiatan yang membosankan.
"Maka dalam evaluasi yang kita lakukan bahwa PJJ belum efektif mendorong pembelajaran yang menyenangkan dan mengasyikkan bagi anak," tutur Jasra.
Bisa dilihat ketika anak-anak berlama-lama melakukan permainan atau game, hal itu karena permainan tersebut memiliki tantangan dan menarik perhatian anak.
Oleh sebab itu, jika belajar dan pembelajaran anak berkurang perhatianya maka akan terjadi loss learning.
Imbasnya kesempatan belajar yang berkualitas tidak didapatkan oleh banyak anak dalam situasi seperti itu.
Menurut Jasra, PJJ harus dilakukan evaluasi secara terus-menerus untuk mendapatkan formulasi yang bisa dilaksanakan oleh guru serta murid dalam melakukan pembelajaranya.
Sebab dalam situasi pandemi ini model pembelajaran luring dan daring merupakan model pembelajaran yang harus dilakukan kedepanya.
Apalagi jika pandemi ini belum usai maka dua model pembelajaran ini menjadi pilihan yang terus dilakukan inovasi sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan peserta didik.