Tragedi Kanjuruhan

Kevia Naswa, Korban Selamat dari Insiden Kerusuhan Stadion Kanjuruhan Mengaku Jengkel dengan Polisi

Kevia Naswa mengaku tragedi Stadion Kanjuruhan membuatnya alami luka-luka di bagian leher, punggung, tangan, kaki, hingga menyebabkan matanya memerah.

Editor: Panji Baskhara
Surya Malang/Purwanto
Kevia Naswa mengaku tragedi Stadion Kanjuruhan membuatnya alami luka-luka di bagian leher, punggung, tangan, kaki, hingga menyebabkan matanya memerah. Foto: Aremania, sebutan untuk suporter Arema FC, menyerbu ke lapangan Stadion Kanjuruhan, Malang, setelah Arema kalah 2-3 dari Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022) malam. Tindakan ini berujung kepada kericuhan yang menyebabkan 127 orang meninggal dunia. 

"Coba gantian, kami yang tembak gas air mata ke polisi di lorong. Jadi jangan mengelak," katanya Amin Aremania, Selasa (11/10/2022).

Amin menegaskan, selama ia jadi suporter dan melihat pertandingan langsung di stadion, tidak ada pengamanan yang separah pengamanan seperti derbi Jatim, Arema FC Vs Persebaya, pada Sabtu (1/10/2022) yang lalu di Stadion Kanjuruhan.

"Saya lihat sepak bola sejak tahun 90-an. Pengamanan paling petugas bawa pentungan sama tameng."

"Kalau pun Bigmatch penjagaan lebih itu pakai water canon. Tidak ada pengamanan seperti kemarin," ujarnya.

"Jadi intinya usut tuntas. Siapa yang memerintahkan bawa gas dan yang memerintahkan untuk menembak gas, itu yang tanggung jawab," tambahnya.

Selain Aremani, eks sekretaris Kementerian BUMN, Muhammad Said Didu juga memberikan reaksi soal statement Polri.

Bahkan Said Didu memberikan sindiran keras pada Polri dalam akun Twitter pribadinya.

"Makin Bpk jelaskan makin menambah sakit keluarga korban. Tega amat sih Pak. Yang pasti semua itu disebabkan karena tembakan gas air mata."

"Kenapa enggak sekalian katakan bahwa karena semua korban ajalnya sudah sampai sehingga malaikat maut datang mencabut nyawa mereka - bukan krn gas air mata," isi cuitan Said Didu.

Pernyataan Polri Soal Gas Air Mata di Kanjuruhan

Kadiv Humas Polri, Irjen Dedi Prasetyo buat pernyataan di depan awak media terkait gas air mata dalam Stadion Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022, Senin (10/10/2022).

Ia mengakui jika beberapa gas air mata yang ditembakkan ke arah suporter Aremania saat itu ada yang adalah gas air mata kedaluwarsa .

Bukan hanya membuat pengakuan soal penggunaan gas air mata kedaluwarsa, ia juga membuat pernyataan yang menyebut gas air mata tak mematikan .

Dedi mengatakan gas air mata yang dipakai Brimob tidak mematikan, berdasarkan keterangan para ahli.

Dedi menyebut pernyataan Mas Ayu Elita Hafizah yang merupakan pakar dari Universitas Indonesia (UI) sebagai salah satu referensi pernyataannya.

Sumber: Tribunnews.com
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved