Berita Karawang

Ular Naga Jawa Ditemukan di Pegunungan Sanggabuana Karawang

Ular naga jawa (Xenodermus javanicus) ditemukan SWR bersama Mahasiswa Fakultas Biologi Unas Jakarta dan Sispala Samaru SMA 1 Tegalwaru.

Penulis: Muhammad Azzam | Editor: Ichwan Chasani
Dok. Sanggabuana Wildlife Ranger
Sanggabuana Wildlife Ranger (SWR) merekam keberadaan seekor Ular Naga Jawa di Pengunungan Sanggabuana, pada Sabtu (29/10/2022) malam. 

TRIBUNBEKASI.COM, KARAWANG — Sanggabuana Wildlife Ranger (SWR) merekam keberadaan seekor Ular Naga Jawa di Pegunungan Sanggabuana, pada Sabtu (29/10/2022) malam lalu.

Ular Naga Jawa (Xenodermus javanicus) ini ditemukan oleh SWR bersama Mahasiswa Fakultas Biologi Universitas Nasional Jakarta dan Sispala Samaru SMA 1 Tegalwaru saat melakukan analisis vegetasi.

"Iya benar Ular Naga ini kami temukan di aliran sungai Curug Cikoleangkak pada malam hari saat herping. Siangnya kami melakukan analisis vegetasi dibantu oleh teman-teman dari Fakultas Biologi Universitas Nasional dan Sispala Samaru SMA 1 Tegalwaru," kata Deby Sugiri dari Divisi Konservasi Keanekaragaman Hayati (DKKH) Sanggabuana Conservation Foundation (SCF) dalam keterangannya, Selasa (1/11/2022).

Dia mengungkapkan, Ular Naga Jawa (Xenodermus javanicus) adalah jenis ular dari family Xenodermidae.

Ular dengan ukuran panjang sekitar 50 cm ini merupakan satwa endemik Jawa, dan tidak ditemukan di pulau lain.

BERITA VIDEO: DIRGAHAYU RI KE-77, SISWI CANTIK KHANSA NIAT BAWA MERAH PUTIH KE PUNCAK TERTINGGI EROPA

Berbeda dengan naga dalam mitologi yang mempunyai sayap dan mampu menghembuskan nafas api, Naga Jawa tidak mempunyai sayap dan senjata api dari mulutnya.

Namun Ular Naga Jawa ini mempunyai sisik yang lebih kasar dibanding ular pada umumnya, lebih mirip dengan sisik biawak.

Ciri khas lainnya yang mirip dengan naga adalah adanya sisik atau duri menonjol yang disebut hemipenial di sepanjang punggung atau bagian dorsal.

Baca juga: Lowongan Kerja Karawang: PT Honda Precision Parts Manufacturing Butuh Staf Lulusan Sarjana

Baca juga: Lowongan Kerja Bekasi: PT Astra Honda Motor Butuh Tenaga Administrator, Engineer Hingga Supervisor

Barisan hemipenial di bagian dorsal ini berjajar rapi, mirip dengan tubuh naga dalam mitologi.

"Hemipenial di belakang kepala ular naga jawa, pada beberapa individu sangat menonjol hingga seperti membentuk tanduk atau mahkota di bagian belakang kepalanya," beber dia.

Menurut Deby Sugiri, Ular Naga Jawa yang menyukai tempat lembab dan berbatu, serta merupakan jenis reptil semi akuatik ini merupakan ular unik dan endemik.

Ular Naga Jawa masuk kategori ular yang tidak berbisa dan cenderung mudah stress.

“Kalau di dalam literatur masuk jenis ular dataran tinggi, tapi pada saat ditemukan di Curug Cikoleangkak berada di ketinggian sekitar 565 m dpl dan ini masih di dataran menengah. Kami temukan waktu itu sedang makan anak katak atau kecebong.” jelas Deby Sugiri.

Baca juga: Sebelum Tebaskan Parang ke Anak Istri, Rizky Novyandi Terekam CCTV Sempat Berdoa dan Menangis

Baca juga: Ada Perbaikan, Pelayanan SIM Keliling Kabupaten Bekasi Dihentikan Sementara

Seperti diketahui Ular Naga Jawa adalah ular jenis kecil pemakan ikan dan katak atau kodok serta biasa ditemui di dataran tinggi 1000 mdpl.

Ular Naga Jawa juga merupakan satwa yang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan.

Ular Naga Jawa2-1nov
Sanggabuana Wildlife Ranger (SWR) merekam keberadaan seekor Ular Naga Jawa di Pengunungan Sanggabuana, pada Sabtu (29/10/2022) malam.

Jika iklim atau agroklimat berubah maka Ular Naga Jawa ini akan gampang stress dan mati.

Dalam IUCN (International Union for Conservation of Nature) Red List status konservasi Xenodermus javanicus masuk dalam kategori LR atau Least Concern, atau memilki resiko kepunahan yang rendah.

Namun dari keterangan Deby Sugiri, Ular Naga Jawa yang unik ini sudah susah ditemui di alam liar.

Baca juga: Bawaslu Karawang Ingatkan Peserta Pemilu Jangan Ada Mainkan Isu SARA di Pemilu 2024

Baca juga: Aditya Alias Bokir, Napi Cipinang yang Kabur Pakai Sarung, Kembali Ditangkap di Cibinong

Jika memperlakukan Xenodermus javanicus sebagai indikator ekologi, juga melihat karakter ularnya, masih ditemukan di sekitaran Curug Cikoleangkak ini mengindikasikan ekosistem di sekitar Curug Cikoleangkak masih bagus.

“Namun jika ekosistemnya berubah, misalnya banyak alihfungsi lahan hutan atau penebangan pohon yang masif dan mempengaruhi kelembabpan kawasan di sekitar habitat hidup Ular Naga Jawa, maka populasinya akan menurun atau hilang," tutup Deby Sugiri.

Sementara Uce Sukendar Kepala Divisi Konservasi Keanekaragaman Hayati (DKKH) Sanggabuana Conservation Foundation (SCF) membenarkan temuan Ular Naga Jawa di Pegunungan Sanggabuana ini.

Satwa unik ini menambah daftar keanekaragaman hayati Pegunungan Sanggabuana yang sedang kami kaji untuk bahan usulan perubahan status kawasan Pegunungan Sanggabuana menjadi Kawasan Pelestarian alam dalam bentuk Taman Nasional.

"Ternyata mitos Ular Naga penunggu Sanggabuana memang benar ada, bukan Ular Naga dalam cerita mitologi seperti di film Eragon, tetapi bener-bener ular dari jenis Xenodermus javanicus," ucapnya.

Baca juga: Kebakaran Lahan Rumput di KM 49 Ruas Jalan Tol Jakarta-Cikampek, Jasa Marga Ungkap Penyebabnya

Baca juga: BREAKING NEWS: Suami Tega Tebaskan Parang ke Istri dan Anaknya hingga Terkapar Bersimbah Darah

Sebelumnya SCF sudah merilis temuan hasil eksplorasinya di Pegunungan Sanggabuana Jawa Barat.

Dalam release SCF, Pegunungan Sanggabuana merupakan habitat dari 5 jenis primata, yang 3 diantaranya merupakan primata endemik jawa, dan 1 endemik Jawa Barat.

Sebanyak 151 jenis burung dari 52 family juga sudah teridentifikasi oleh tim Sanggabuana Wildlife Expedition.

Pada tahun ini, SCF juga merilis video macan tutul jawa dan macan kumbang (Panthera pardus melas) yang berhasil terekam oleh kamera trap yang dipasang oleh tim SCF di Pegunungan Sanggabuana selama satu tahun. 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved