Berita Jakarta

Isu Penyesuaian Tiket KRL Berbasis NIK Bikin Pelajar Ikutan Was-was, Uang Jajan Bakal Berkurang

Para pelajar mengaku tak tahu apakah nantinya dia mendapatkan subsidi atau tidak pasca penyesuaian tarif KRL, sebab belum memiliki KTP

Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Dedy
Wartakotalive.com
Isu penyesuaian tarif commuterline (KRL) berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK) rupanya tidak hanya dikhawatirkan oleh kalangan pekerja, tetapi juga pelajar. 

Mereka berpendapat jika penyesuaian tarif itu akan memberatkan masyarakat menengah ke bawah. 

Salah satu pengguna KRL yang berpendapat demikian adalah Doni (32). Menurutnya jika kebijakan penyesuaian subsidi membuat tarif KRL naik, maka kebutuhan sehari-harinya akan bertambah.

Pasalnya, KRL adalah moda transportasi yang utama dipakai Doni untuk aktifitas kerja sehari-hari.

"Berat lah kalau buat kami ya. Yang kelas ekonominya menengah, gajian ya biasa aja buat makan sehari-hari, ongkos juga ya, jadi bingung buat kita ya kalau ada kenaikan," kata Doni saat ditemui di Stasiun Palmerah, Jakarta Barat, Senin (2/9/2024)

Menurut Doni, ia biasa berpergian dari Pondok Ranji ke Tanah Abang untuk bekerja. 

Namun sebelum sampai ke Stasiun Pondok Ranji, dia harus berkendara menggunakan sepeda motor dari rumahnya.

Kemudian, dia akan menyimpan motornya di sekitar Stasiun Pondok Ranji dengan biaya jasa layanan Rp 5.000. 

Sehingga dalam sehari, dua mengeluarkan uang sekira Rp 15.000 untuk berpergian.

"Kalau jadi kebijakannya, bisa aja malah jadi naik kendaraan pribadi lagi kalau udah enggam sesuai sama hitung-hitungan saya," kata Doni.

"Kita kan harus hitung bensin, parkir, dan lain-lain, kalau enggak masuk hitung-hitungannya kita dapat apa di rumah," imbuhnya.

Menurut Donny, saat ini KRL sudah melayani penumpang dengan baik, bahkan jam keberangkatan antara satu rangkaian dengan rangkaian lainnya berjalan cepat.

Kendati begitu, Doni mengakui jika ada beberapa fasilitas KRL yang perlu dibenahi.

Seperti air conditioner (AC) yang sering mati hingga gerbong yang kurang sehingga banyak penumpang yang berdesakan.

"Jadi kalau tarif naik, fasilitas tetap keberatan si, memberatkan lah," ungkap Doni.

Lebih lanjut, Doni mempertanyakan soal bagaimana penerapan subsidi sesuai NIK tersebut. Apakah akan sesuai sasaran atau tidak.

"Kalau sekarang kan pakai kartu, kalau nanti gimana gitu caranya.Terus juga random kan siapa yang dapat (subsidi) bagaimana klasifikasinya," kata Doni.

"Penilaiannya gimana juga yang dapat subsidinya, golongannya apa, apakah akan jujur menyampaikan penghasilannya?" lanjutnya.

(Sumber : Wartakotalive.com, Nuri Yatul Hikmah/m40)

 

 

 

 

Sumber: Wartakota
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved