Berita Nasional

Pengamat dari SAFEnet Ini Sebut Pengadaan Alat Sadap Pegasus jadi Bencana Jika Tanpa Pengawasan

Perlu ada perlawanan agar penggunaan alat sadap ini dibersamai dengan perlindungan terhadap masyarakat sendiri.

Editor: Ichwan Chasani
Tribunnews.com/Ibriza Fasti Ifhami
Direktur Eksekutif Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet) Damar Juniarto memberikan paparan dalam konferensi pers Pengadaan Alat Sadap Pegasus Menjadi Ancaman pada Demokrasi di Indonesia, Selasa (20/6/2023). 

TRIBUNBEKASI.COM — Tidak ada yang bisa dilakukan oleh masyarakat sipil di Indonesia untuk mencegah penyalahgunaan alat sadap Pegasus buatan Israel yang dibeli Kepolisian Republik Indonesia (Polri)

Direktur Eksekutif Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet) Damar Juniarto mengatakan hal tersebut , dalam konferensi pers Pengadaan Alat Sadap Pegasus Menjadi Ancaman pada Demokrasi di Indonesia, Selasa (20/6/2023).

"Kita tidak bisa sebetulnya melakukan upaya pencegahan, sia sia," ungkap Damar Juniarto, yang hadir secara daring, Selasa.

Oleh karena itu, Damar Juniarto mengatakan bahwa keberadaan alat sadap pegasus oleh negara adalah bencana jika tanpa pengawasan.

"Maka itu dianggap sebagai bencana ketika negara terus menerus menghadirkan perangkat semacam ini tanpa pengawasan. Ini praktik yang terus menerus," ucapnya.

Damar Juniarto kemudian mengatakan bahwa perlu ada perlawanan agar penggunaan alat sadap ini dibersamai dengan perlindungan terhadap masyarakat sendiri.

Baca juga: Cuaca Bekasi, Rabu 21 Juni 2023, Pagi Hingga Siang Cerah Berawan, Sore Hujan, Malam Cerah Lagi

Baca juga: Ketagihan Main Film Horor, Sitha Marino Terima Tawaran Bintangi Mantra Surugana

"Jadi saya rasa ini momentun, jangan kemudian mencoba mencari peluang-peluang bagaimana kita menghindaru? Tidak ada cara menghindari, salah satunya cara, dilawan," tegas Damar Juniarto.

"Dan satu-satunya cara adalah dilakukan desakan yang cukup keras gitu terhadap perusahaan perangkat yang menyediakan dan juga negara yang kemudian tidak hadir menyediakan perlindungan yang cukup," tandasnya.

Dorong Transparansi

Sebelumnya diberitakan, Indonesian Corruption Watch (ICW) mendorong pemerintah, dalam hal ini Kepolisian Republik Indonesia (Polri) untuk membuka secara transparan dokumen pengadaan alat sadap Pegasus buatan Israel.

Koordinator Divisi Pengelolaan Pengetahuan Indonesian Corruption Watch (ICW) Wana Alamsyah mengatakan bahwa pengadaan alat sadap Pegasus itu harus jadi perhatian publik dan dibuka secara transparan oleh negara.

Hal ini terkait laporan IndonesiaLeaks soal adanya potensi penyalahgunaan alat sadap Pegasus di Indonesia.

Berdasarkan Situs Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah, diketahui bahwa Polri sempat membeli perangkat lunak bernama 'zero click intrusion system', yang hanya dimiliki oleh Pegasus pada 2017 dan 2018.

"ICW akan highlights dari dua aspek, aspek anggaran dan juga dari aspek pengadaannya, tapi paling yang lebih umum sebenarnya dua konteks ini akan saya bingkai dalam kerangka demokrasi," kata Wana, dalam konferensi pers Pengadaan Alat Sadap Pegasus Menjadi Ancaman pada Demokrasi di Indonesia, di Jakarta Pusat, Selasa (20/6/2023).

Baca juga: Lokasi Layanan Samsat Keliling di Kota/Kabupaten Bekasi dan Karawang, Rabu 21 Juni 2023 Ini

Baca juga: Perpanjangan SIM Kabupaten Bekasi, Rabu, 21 Juni 2023 ini, di Dua Lokasi Satpas, Simak Syaratnya

"Bagaimana kemudian ternyata alat sadap ini juga menjadi salah satu masalah besar dalam kerja-kerja penguatan demokrasi di Indonesia," sambungnya 

Wana Alamsyah pun menyoroti bagaimana pengadaan alat sadap ini tidak pernah dijelaskan secara transparan, mulai dari siapa yang menggunakannya dan peruntukannya. 

Terlebih menurut Wana Alamsyah, anggaran kepolisian dari tahun-ketahun mengalami peningkatan guna membeli alat-alat terkait dengan pengawasan.

"Kita tidak pernah mendapatkan informasi kejelasan, apa sebenarnya barang yang dibeli oleh kepolisian, lalu kemudian Siapa yang menggunakan dan apa saja peruntukan," ucapnya.

Wana Alamsyah mengatakan, penyalahgunaan alat sadap pegasus berpotensi mempengaruhi kerja-kerja kelompok masyarakat sipil, bahkan jurnalis.

Baca juga: Jadwal Layanan SIM Keliling Karawang, Rabu 21 Juni 2023, Berikut Lokasi dan Persyaratannya

Baca juga: SIM Keliling Kota Bekasi Rabu 21 Juni 2023 di Komsen Jatiasih, Sampai Pukul 10.00 WIB

Oleh karena itu, Wana Alamsyah berharap agar polisi mau membuka sejumlah dokumen pengadaan alat sadap pegasus.

"Kami sebenarnya mendesak agar kepolisian untuk buka sejumlah dokumen pengadaan yang terutama yang telah dipublikasikan oleh teman-teman Indonesialeaks," ujar Wana Alamsyah.

Ancaman bagi Jurnalis

Sebelumnya, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia menyoroti ancaman alat penyadap pegasus terhadap jurnalis dan berbagai kelompok kritis lainnya.

Sekjen AJI Indonesia Ika Ningtyas mengatakan, berdasarkan laporan dari Forbidden Stories dan Amnesty International, mengungkap terjadinya penyalahgunaan alat penyadap yang dinamai Pegasus ini.

"Di dalamnya (laporan) berhasil mengungkap penyalahgunaan pegasus ini oleh 18 negara. Ditemukan alat ini menargetkan 50 ribu nomor," kata Ika Ningtyas, dalam konferensi pers di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (20/6/2023).

Baca juga: Lowongan Kerja Bekasi: Perusahaan Otomotif di Kabupaten Bekasi Butuh Operator PC

Baca juga: Kenali Ciri-ciri Hewan Rabies dan Pertolongan Pertama yang Wajib Dilakukan 

Ika Ningtyas menjelaskan, sebagian besar nomor-nomor telepon tersebut bukan milik orang-orang yang terlibat kejahatan.

"Tapi sebagian besar adalah justru human right defender, kemudian para oposisi politik, jurnalis, dan juga kelompok kritis lainnya," ungkapnya.

Bahkan, ia menyebut, ada sekitar 18 jurnalis dari berbagai negara yang menjadi target penyalahgunaan alat intai Pegasus.

Oleh karena itu, menurutnya, penyalahgunaan alat penyadap Pegasus memberikan konsekuensi dan ancaman besar terhadap demokrasi di Indonesia.

"Itu tidak sekadar mengintai, tidak sekadar memata-matai kelompok kritis yang ditargetkan. Tapi itu memberikan konsekuensi yang cukup besar terhadap demokrasi kita," tegas Ika Ningtyas.

Baca juga: Fenomena El Nino, Lima Kecamatan di Karawang Berpotensi Alami Kekeringan

Baca juga: Kampung Cibenda Karawang Alami Kekeringan, 1.200 Jiwa Terdampak

Lebih lanjut, Ika NIngtyas menyontohkan kasus pembunuhan terhadap jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi, beberapa tahun silam.

"Dia (Jamal) ditarget dengan alat ini, dan akhirnya pada kematian Jamal," kata Ika Ningtyas.

"Kemudian salah satu jurnalis di Maroko, dia juga menjadi target dari alat ini, karena dia cukup kritis untuk mengungkap kasus-kasus korupsi dan juga kejahatan lainnya yang disponsori negara dan ujungnya dia dijebloskan ke penjara," sambungnya.

Ika NIngtyas menegaskan, dari contoh tersebut dapat diartikan bahwa pengintaian dan penyadapan ini berdampak serius terhadap kerja-kerja para jurnalis, khususnya berbagai kelompok kritis.

Bahkan, ia mengungkapkan, alat sadap ini bukan hanya mengancam keselamatan dari jurnalis itu sendiri, tapi juga memberikan konsekuensi terhadap keluarga, kolega, ataupun teman kolega jurnalis yang ditargetkan untuk disadap.

Baca juga: Belum Ada Temuan Rabies Dinkes Kota Bekasi Catat Ada 16 Laporan Gigitan Hewan Hingga Juni 2023

Baca juga: BREAKING NEWS: Kontrakan Penampungan Penjualan Ginjal Jaringan Internasional Digrebek Polisi

"Nah ketika alat itu menyadap kita, konsekuensinya bukan pada kita pribadi, tapi pada keluarga, anak-anak kita juga akan terancam. Yang kedua, narasumber kita, pada dokumen-dokumen, sumber-sumber yang sudah kita dapatkan untuk mengungkap berbagai kejahatan itu. Kepada kolega kita, kepada teman-teman kolega pekerjaan kita ya di media ataupun teman-teman di organisasi dan sebagainya. Dampaknya sampai pada masyarakat juga," ungkapnya.

Alat Sadap Pegasus

Alat sadap Pegasus saat ini menjadi perangkat yang disebut-sebut dapat mengancam sistem demokrasi suatu negara.

Sebab, alat ini mampu membuka perangkat telepon seluler atau ponsel seseorang dengan tanpa diketahui pemiliknya.

Perangkat ini tentu mengaburkan prinsip privasi yang selayaknya dimiliki pengguna layanan telekomunikasi.

Dilansir Kompas.com, spyware atau perangkat lunak berbahaya Pegasus ini merupakan buatan perusahaan Israel.

Diduga software ini digunakan beberapa di seluruh dunia untuk memata-matai ponsel para aktivis, jurnalis, eksekutif perusahaan, bahkan juga politisi.

Baca juga: Gandeng Penyanyi Opop Zealous, Pay Burman Sukses Recycle Lagu Sanggupkah

Baca juga: Dishub Kota Bekasi Siapkan Sarana Angkutan Pengumpan di 5 Stasiun LRT

Para peneliti percaya bahwa versi awal dari spyware ini pertama kali terdeteksi pada 2016, yakni diawali berupa pesan teks jebakan untuk menginstal dirinya sendiri ke ponsel target.

Penerima harus mengeklik tautan dalam pesan agar spyware terunduh.

Namun kini caranya lebih canggih.

Dikembangkan oleh perusahaan Israel NSO Group, spyware bisa masuk ke ponsel tanpa diduga oleh penggunanya.

Pada 2019, WhatsApp pernah menggugat NSO karena menyelipkan spyware ke sekitar 1.400 ponsel dengan memanfaatkan aplikasi perpesanan tersebut.

Dikatakan bahwa hanya dengan menelepon target lewat WhatsApp, Pegasus diam-diam dapat mengunduh dirinya sendiri ke ponsel.

Bahkan jika target tidak mengangkat panggilan itu pun bisa tiba-tiba terunduh.

Baca juga: Pakai Kemeja Batik, Mario Dandy Kena Semprot, Jaksa Penuntut Umum: Mohon Pakaiannya Hitam Putih Saja

Baca juga: Ingin Bikin SIM Baru, Pemohon Wajib Sertakan Sertifikat Mengemudi

Kini Pegasus dilaporkan memanfaatkan kelemahan perangkat lunak iMessage Apple yang berpotensi memberinya akses ke 1 miliar iPhone.

Profesor keamanan siber di University of Surrey di Inggris, Alan Woodward mengatakan, Pegasus mungkin adalah salah satu alat akses jarak jauh yang paling mumpuni, seolah-olah target telah memberikan ponsel ke tangan orang lain.

Pegasus dapat digunakan untuk membaca pesan dan e-mail target, melihat-lihat foto yang mereka ambil, menyadap telepon, melacak lokasi, dan bahkan merekam dari kamera.

Pegasus mengalami perkembangan sehingga mampu menyembunyikan semua jejak perangkat lunak.

Target pun kesulitan untuk mengkonfirmasi apakah ponsel tertentu telah disadap atau tidak.

Hingga kini belum diketahui pasti berapa banyak orang yang ponselnya disadap.

Baca juga: Inara Rusli Ajukan 11 Tuntutan, Virgoun Bakal Beri Jawaban Dalam Sidang Perceraian Hari Ini

Baca juga: Sejarah Jakarta: Museum Tekstil Mulanya Rumah Orang Perancis yang Dibangun pada Abad ke-19

Dari laporan baru oleh media internasional mengatakan lebih dari 50.000 nomor telepon menjadi target.

Namun, Lab Keamanan Amnesty International, salah satu organisasi yang menyelidiki Pegasus, mengaku telah menemukan jejak serangan sukses pada iPhone Juli 2021.

Apple dan Google bahkan menawarkan hadiah kepada peretas, jika memberitahu kekurangan perangkat lunaknya.

Para analis juga percaya, NSO yang stafnya termasuk mantan anggota elite militer Israel, kemungkinan mengawasi dark web yakni tempat hacker sering menjual informasi tentang kelemahan keamanan yang mereka temukan.

Mengutip Nextren.grid.id, penelitian sebelumnya telah mencatat bahwa hebatnya software Pegasus memiliki fitur yang disebut 'bunuh diri'.

Yakni suatu sistem yang dapat menonaktifkan penyebaran malware oleh pelanggan.

Menurut NSO, fitur 'bunuh diri' dapat aktif jika target yang dibidik pindah ke negara.

Alat ini mampu mengesankan jika melihat kemampuan software itu beraksi secara langsung.

Cukup beritahu nomor aktifnya, maka semua isi smartphone bisa dilihat, hanya dalam waktu 5 menit saja. (Tribunnews/Ibriza Fasti Ifhami)

 

 

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved