Kerusuhan di Jakarta
Eks Anggota Tim Mawar Fauka Noor Farid Temui Prabowo , Ada Apa?
Eks Tim Mawar Fauka Noor Farid imbau masyarakat jaga persatuan usai bertemu Presiden Prabowo. Kritik boleh, asal damai tanpa anarkis.
Penulis: Miftahul Munir | Editor: Mohamad Yusuf
TRIBUNBEKASI.COM, JAKARTA - Fauka Noor Farid, eks anggota Tim Mawar Kopassus yang kini memimpin Timsus 08, menyerukan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa di tengah dinamika politik nasional.
Ajakan itu ia sampaikan setelah dirinya mendapat arahan langsung dari Presiden Prabowo Subianto pada Senin (1/9/2025).
“Indonesia adalah rumah besar kita. Negeri yang dibangun dengan darah dan air mata para pejuang, serta berdiri di atas semangat Kebhinekaan. Jangan sampai kondisi hari-hari ini dimanfaatkan pihak-pihak yang haus keributan maupun kekuasaan untuk memecah belah,” kata Fauka di Jakarta, Selasa (2/9/2025).
Baca juga: Polisi Tetapkan Delpedro Marhaen sebagai Tersangka, Diduga Lakukan Hasutan Anarkis Libatkan Pelajar
Baca juga: Sosok Zetro Leonardo Purba Diplomat Tewas Ditembak di Peru, Tinggalkan 3 Anak, Baru 5 Bulan Bertugas
Fauka menilai kepemimpinan Presiden Prabowo tengah mengambil langkah berani dalam memerangi korupsi, termasuk membongkar kasus besar yang melibatkan jaringan oligarki.
Menurutnya, hal itu menjadi bukti kecintaan Prabowo kepada rakyat dan tekadnya untuk menjaga keutuhan bangsa.
“Timsus 08 berada di garda depan untuk ikut mengungkap praktik-praktik korupsi yang merugikan negara. Semua demi kepentingan rakyat,” ujarnya.
Meski demikian, Fauka menegaskan masyarakat tetap berhak menyampaikan kritik kepada pemerintah.
Baca juga: Ketika Kapolri Listyo Sigit Ajak Makan Malam Pasukan TNI-Polri di DPR
Baca juga: Ngeri! 5 Anggota Keluarga Ditemukan Tewas Terkubur di Halaman Rumah Indramayu
Hanya saja, ia mengingatkan agar penyampaian aspirasi dilakukan secara damai dan tidak dengan cara-cara anarkis.
“Kritik adalah bagian dari demokrasi. Tapi harus disampaikan dengan baik, tanpa kekerasan, tanpa merusak fasilitas umum, dan tidak memicu permusuhan. Itu yang perlu kita jaga bersama,” jelasnya.
Selain menyinggung soal kritik, Fauka juga berharap aparat penegak hukum lebih humanis dalam menangani aksi-aksi demonstrasi. Menurutnya, tindakan represif hanya akan menambah luka bagi masyarakat.
“Jika ada aparat yang bertindak sewenang-wenang, mereka harus diproses secara transparan sesuai aturan hukum,” tegas Fauka.
Jenguk Anggota Polisi
Suasana RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, pada Senin (1/9/2025) siang terasa ramai. Di balik aroma obat dan langkah cepat para perawat, tampak sejumlah anggota Polri terbaring dengan perban menutup luka di tubuh mereka.
Presiden Prabowo Subianto datang membesuk, ditemani jajaran pejabat negara. Ia menyalami satu per satu anggota Polri korban kericuhan demo, termasuk warga sipil yang ikut dirawat.
Baca juga: Cucu Bung Hatta Kritik Prabowo: “Tragedi Affan Tanggung Jawab Presiden”
Baca juga: Ruang Kerja Emil Dardak Hangus Dibakar Massa, Warganet Heboh Cari Kabar Arumi Bachsin
Dari total 43 korban yang sempat dirawat, kini tinggal 14 anggota Polri dan tiga warga sipil yang masih membutuhkan perawatan intensif.
Di hadapan para pasien dan keluarganya, Prabowo menyampaikan instruksi tegas.
“Saya minta Kapolri, semua petugas dinaikkan pangkat luar biasa karena bertugas di lapangan membela negara, membela rakyat,” ujarnya.
Menurut Prabowo, kericuhan yang terjadi di sejumlah titik demonstrasi beberapa hari terakhir sudah mengarah ke tindakan makar.
Ia mencontohkan laporan aparat tentang massa yang datang dengan truk, membawa petasan dalam jumlah besar, lalu menggunakannya sebagai senjata menyerang petugas.
“Banyak anggota kena petasan, leher, paha. Bayangkan kalau laki-laki terbakar alat vitalnya. Ini sudah perusuh,” katanya dengan nada serius.
Beberapa petugas bahkan menderita luka bakar akibat ledakan petasan tersebut.
Baca juga: Pascakerusuhan Demo, Pramono Terapkan Tarif MRT dan TransJakarta Hanya Rp 1
Penghargaan dan Evaluasi
Bagi Prabowo, keberanian anggota Polri menghadapi situasi seperti itu layak diapresiasi. Kenaikan pangkat luar biasa, menurutnya, merupakan bentuk penghargaan negara atas pengorbanan yang tidak ringan.
Namun, ia juga menegaskan ada garis tegas. Anggota yang terbukti melanggar prosedur, termasuk dalam kasus tewasnya driver ojol Affan Kurniawan, tetap akan diselidiki dan ditindak sesuai kode etik.
“Anggota yang mungkin keliru, sedang diselidiki. Kalau ada kesalahan akan ditindak. Tapi jangan lupa kalau ada petugas yang berkorban siang malam menjaga keamanan,” kata Prabowo.
Baca juga: Polda Metro Tangkap 1.240 Pendemo dalam Sepekan, 22 Positif Narkoba
Langkah Presiden Prabowo ini menjadi sorotan publik. Di satu sisi, pemerintah ingin memberi penghargaan kepada aparat yang terluka saat bertugas.
Di sisi lain, tragedi Affan masih menyisakan luka mendalam bagi masyarakat, terutama kalangan ojek online.
Sorotan tajam juga datang dari aktivis dan tokoh publik yang menilai tanggung jawab presiden tidak bisa berhenti pada pemberian penghargaan kepada aparat.
Kini, di tengah suasana bangsa yang masih bergejolak, kebijakan Prabowo menghadapi ujian, bagaimana menyeimbangkan penghormatan kepada aparat yang terluka sekaligus menjawab jeritan keluarga korban sipil yang kehilangan orang tercinta.
Dikritik Cucu Bung Hatta
Nama Affan Kurniawan kini jadi buah bibir di media sosial. Driver ojek online (ojol) berusia 21 tahun itu tewas tragis setelah terlindas mobil rantis Brimob saat pembubaran aksi di kawasan Pejompongan, Jakarta Pusat, Kamis (28/8/2025) malam.
Suasana duka masih terasa di jagat maya. Linimasa penuh dengan doa dan amarah. Dari warganet biasa, tokoh publik, hingga cucu Proklamator Bung Hatta, Gustika Jusuf Hatta, ikut angkat suara.
Lewat akun Instagram pribadinya, Gustika menyampaikan kritik tajam terhadap pernyataan Presiden Prabowo Subianto.
Baca juga: Ruang Kerja Emil Dardak Hangus Dibakar Massa, Warganet Heboh Cari Kabar Arumi Bachsin
Baca juga: Ketika Sang Ibu Menangis Nasihati Buah Hati, Kembalikan Jam Richard Mille Sahroni Seharga Rp 11,7 M
“DPR dan Polisi/Brimob memang salah, tapi bukan berarti presiden enggak bisa berbuat apa-apa soal itu,” tulis Gustika, Senin (1/9/2025).
Menurutnya, sebagai kepala negara, presiden tidak bisa lepas tangan. Polisi dan Brimob berada langsung di bawah komando presiden.
“Jadi, tragedi kemarin tetap merupakan tanggung jawab dia,” lanjutnya.
Ia juga menyinggung DPR. Meski bukan bawahan presiden, mayoritas kursi parlemen saat ini diisi partai koalisi pendukung pemerintah.
“Hubungan DPR dengan presiden itu kayak bos dan partner. Banyak kebijakan kontroversial yang awalnya justru dari presiden, lalu di-ACC DPR,” ujar Gustika.
Baca juga: Polisi Temukan Unsur Pidana, Inilah Sosok Kompol K dan Bripka R Brimob Tabrak Affan hingga Tewas
Baca juga: Cinta Laura Ikut Bersuara Soal Demo Ricuh: Masyarakat Marah karena Lihat Ketidakadilan
“Bukan untuk Dikasihani”
Gustika bahkan menepis komentar netizen yang mengaku kasihan dengan Presiden Prabowo atas situasi ini.
“Presiden bukan buat dikasihani, tapi dimintai pertanggungjawaban,” tegasnya.
Bagi Gustika, justru di momen genting seperti sekarang, seorang presiden harus berdiri paling depan, bukan sebaliknya.
Sebelumnya, Presiden Prabowo menyampaikan belasungkawa atas wafatnya Affan.
“Atas nama pribadi dan Pemerintah Republik Indonesia, saya mengucapkan duka cita sedalam-dalamnya,” kata Prabowo dalam keterangan video, Jumat (29/8/2025).
Prabowo mengaku kaget dan kecewa dengan tindakan aparat yang dinilai berlebihan. Ia memerintahkan pengusutan tuntas serta berjanji menindak tegas petugas jika terbukti bersalah.
Pemerintah juga memastikan akan menjamin kehidupan keluarga Affan.
“Pemerintah akan memberikan perhatian khusus bagi orangtua, adik-adik, dan kakak-kakaknya,” ucap Prabowo.
BERITA VIDEO : PRAMONO UNGKAP KERUSAKAN DEMO DI JAKARTA TEMBUS RP 55 MILIAR
Luka yang Membekas
Meski sudah ada janji pengusutan, suara-suara kritis seperti dari Gustika menunjukkan bahwa luka masyarakat masih terbuka.
Affan Kurniawan bukan sekadar nama. Ia adalah anak muda yang mencari nafkah dengan sepeda motor, dan kini kisah hidupnya berhenti di tengah jalan.
Di balik kerumunan massa, sorot lampu jalan, dan suara sirine malam itu, nyawa seorang anak bangsa melayang. Dan bagi banyak orang, tanggung jawab atas tragedi itu tidak bisa hanya ditimpakan pada aparat di lapangan.
Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Cucu Bung Hatta Kritik Prabowo: Polisi di Bawah Komandonya, Tragedi Kemarin Tanggung Jawab Dia
Baca berita TribunBekasi.com lainnya di Google News
Ikuti saluran TRIBUN BEKASI di WhatsApp
Pembakar Halte Transjakarta di Senayan Ternyata Warga Mampang Jaksel, Aktif di Karang Taruna |
![]() |
---|
Lokataru Kecam Tuduhan Delpedro Marhaen Lakukan Penghasutan , Sebut Polisi ‘Playing Victim’ |
![]() |
---|
Ketika Kapolri Listyo Sigit Ajak Makan Malam Pasukan TNI-Polri di DPR |
![]() |
---|
Polisi Tetapkan Delpedro Marhaen sebagai Tersangka, Diduga Lakukan Hasutan Anarkis Libatkan Pelajar |
![]() |
---|
Natalius Pigai Balas Kritik PBB, Klaim Pemerintah RI Sigap Tangani Kasus HAM |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.