Khutbah Jumat
Khutbah Jumat 17 Oktober 2025: Meneladani Ilmu dan Adab sebagai Fondasi Peradaban Islam
Khutbah Jumat hari ini, 17 Oktober 2025, mengangkat tema “Panduan Islam tentang Ilmu dan Adab.”
“Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Ajaran Islam tidak hanya menginginkan para pemeluknya beriman, namun juga melengkapi keimanannya dengan keilmuan.
Melalui sebuah riwayat, dikisahkan bahwa ada dua sahabat di sisi Rasulullah saw, salah satunya sangat taat beribadah dan lainnya seorang cendekia yang berilmu.
Rasulullah saw kemudian mengomentari keduanya dengan bersabda, “Keutamaan orang yang berilmu atas orang yang taat beribadah laksana kemuliaanku dengan orang yang paling rendah derajatnya dari kalian”.
Begitu tingginya nilai ilmu di mata ajaran Islam, sampai seorang yang berilmu dan matang secara keilmuan (‘ulama) diberikan status sebagai pewaris estafet kenabian, Al-‘ulamā’ waratsatul anbiyaā. Sekalipun status Nabi akhir zaman sudah terkunci pada diri suri teladan Nabiyullah Muhammad.
Hadirin yang berbahagia,
Namun siapa sejatinya ‘ulama itu? Apakah ketika seseorang telah mencapai puncak intelektualitas maka sudah dipastikan menyandang gelar ‘ulama?
Para cendekiawan muslim memberikan keterangan bahwa dalam Islam, kesempurnaan dan kematangan ilmu ialah ketika telah bersatu dengan adab.
Q.S. Al-Fathir [35]: 28 merupakan dalil yang masyhur dirujuk sebagai penegasan bahwa ‘ulama bukan hanya cendekia yang telah sampai derajat pengetahuan tertinggi, tetapi juga yang telah mengawinkan antara ilmu dengan keimanannya sehingga lahirlah amal yang membawa esensi adab sebagai fondasi peradaban. Allah Swt berfirman:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَموا.
“Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama.”
Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam Tafsir Al-Kabir memberikan komentar yang sangat filosofis. Baginya, perasaan “takut” hanya mampu hadir ketika objek yang ditakuti itu benar-benar telah diketahui. Maka dari itu, ‘ulama ialah cendekia yang telah sampai pada kondisi ma‘rifatullāh.
Artinya, semakin luas pengetahuan seseorang, semestinya mengantarkannya untuk semakin sadar akan eksistensi Tuhan. Kualitas takwa, selanjutnya, secara otomatis mengiringi taraf pengetahuannya.
Penafsiran Ar-Razi memberi kesan bahwa seseorang yang telah sampai pada derajat ‘ulama merupakan seseorang yang telah mampu memberi makna pada setiap laku ibadahnya.
Baik yang berkaitan secara vertikal dan berhubungan langsung dengan Allah Swt, maupun horizontal yang mencakup berbagai bentuk relasinya kepada sesama makhluk-Nya.
Maka tidak bisa dipungkiri bahwa manusia yang paling mulia di sisi Allah Swt ialah yang paling tinggi derajatnya.
| Ketakutan Satu Sel dengan Napi Teroris di Nusakambangan, Ammar Zoni Ingin Dipindah ke Jakarta |
|
|---|
| Terobosan Medis, RS Mitra Keluarga Bekasi Timur Hadirkan Layanan Kedokteran Nuklir Pertama |
|
|---|
| Bramantyo Soroti Fenomena Banyak Anak Lebih Pilih Curhat dengan AI Ketimbang dengan Orang Tua |
|
|---|
| GOR Wibawa Mukti Bekasi Jadi Pusat Babak Kualifikasi Squash Porprov Jabar 2026 |
|
|---|
| Modus Baru di Bekasi, Mahasiswi Ditipu Pria Kenalan dari Aplikasi Kencan hingga Motor Raib |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bekasi/foto/bank/originals/Masjid-Al-Barkah-Kota-Bekasi.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.