Khutbah Jumat
Khutbah Jumat 17 Oktober 2025: Meneladani Ilmu dan Adab sebagai Fondasi Peradaban Islam
Khutbah Jumat hari ini, 17 Oktober 2025, mengangkat tema “Panduan Islam tentang Ilmu dan Adab.”
TRIBUNBEKASI.COM, BEKASI - Khutbah Jumat hari ini, 17 Oktober 2025, mengangkat tema penting yang tak lekang oleh waktu: “Panduan Islam tentang Ilmu dan Adab.”
Materi khutbah ini secara resmi disiapkan dan diterbitkan oleh Kementerian Agama (Kemenag) pada Kamis, 16 Oktober 2025.
Sebagaimana diketahui, khutbah Jumat bukan sekadar rangkaian formal dalam ibadah Jumat. Di balik ceramah singkat dari mimbar masjid itu, tersimpan pesan moral dan spiritual yang menjadi bekal bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Melalui khutbah, khatib menyampaikan wejangan, nasihat, serta pengingat untuk memperkuat keimanan dan ketakwaan. Di sisi lain, khutbah Jumat juga menjadi sarana mempererat tali kebersamaan antarjamaah lewat renungan dan pengajaran yang bernilai tinggi.
Baca juga: Ahli Gizi Soroti Program MBG Prabowo, Usul Pakai Pola SPPG Polri
Baca juga: Dua Wanita Tergoda Upah Rp 16 Juta, Selundupkan 172 Ribu Benih Lobster di Bandara Soetta
Baca juga: Perputaran Uang Program MBG di Kabupaten Bogor Capai Rp 12 Triliun, Bisa Serap 28.500 Tenaga Kerja
Kali ini, Kemenag mengajak umat Islam untuk kembali merenungkan makna pentingnya ilmu dan adab. Dua hal ini menjadi fondasi utama dalam membangun peradaban Islam yang bermartabat, tak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berakhlak mulia.
Berikut ini teks khutbah Jumat yang telah disusun oleh Kemenag dan dapat dibacakan para khatib di berbagai masjid seluruh Indonesia pada hari ini.
Panduan Islam tentang Ilmu dan Adab
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ، عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَم يَعْلَمُ. نَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى نِعْمَةِ الْعِلْمِ وَالْمَعْرِفَةِ، وَنَشْكُرُهُ عَلَى مَا أَنْعَمَ بِهِ عَلَيْنَا مِنَ الهِدَايَةِ وَالْبَصِيرَةِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، الْقَائِلُ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ : يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الَّذِي حَثَّ عَلَى طَلَبِ الْعِلْمِ وَالتَّفَقهِ فِي الدِّينِ، وَالْقَائِلُ: طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَقَدْ قَالَ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
Jemaah Jum’at yang dirahmati Allah Swt,
Mencintai ilmu menjadi salah satu doktrin yang telah ditradisikan sepanjang sejarah peradaban Islam.
Menuntut atau mencari ilmu bahkan disamakan kedudukan hukumnya dengan ibadah-ibadah fardhiyah lainnya.
Pada salah satu hadisnya yang pasti dikenal dan diajarkan di pesantren, Nabi saw bersabda, “Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim dan muslimat”.
Di dalam Al-Qur’an, Allah Swt bahkan menyanjung dan memberikan derajat yang lebih utama bagi setiap orang beriman yang juga dikaruniai pengetahuan karena mau bersusah payah mengejarnya. Q.S. Al-Mujadalah [58]: 11:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجَةٌ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيرٌ.
“Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Ajaran Islam tidak hanya menginginkan para pemeluknya beriman, namun juga melengkapi keimanannya dengan keilmuan.
Melalui sebuah riwayat, dikisahkan bahwa ada dua sahabat di sisi Rasulullah saw, salah satunya sangat taat beribadah dan lainnya seorang cendekia yang berilmu.
Rasulullah saw kemudian mengomentari keduanya dengan bersabda, “Keutamaan orang yang berilmu atas orang yang taat beribadah laksana kemuliaanku dengan orang yang paling rendah derajatnya dari kalian”.
Begitu tingginya nilai ilmu di mata ajaran Islam, sampai seorang yang berilmu dan matang secara keilmuan (‘ulama) diberikan status sebagai pewaris estafet kenabian, Al-‘ulamā’ waratsatul anbiyaā. Sekalipun status Nabi akhir zaman sudah terkunci pada diri suri teladan Nabiyullah Muhammad.
Hadirin yang berbahagia,
Namun siapa sejatinya ‘ulama itu? Apakah ketika seseorang telah mencapai puncak intelektualitas maka sudah dipastikan menyandang gelar ‘ulama?
Para cendekiawan muslim memberikan keterangan bahwa dalam Islam, kesempurnaan dan kematangan ilmu ialah ketika telah bersatu dengan adab.
Q.S. Al-Fathir [35]: 28 merupakan dalil yang masyhur dirujuk sebagai penegasan bahwa ‘ulama bukan hanya cendekia yang telah sampai derajat pengetahuan tertinggi, tetapi juga yang telah mengawinkan antara ilmu dengan keimanannya sehingga lahirlah amal yang membawa esensi adab sebagai fondasi peradaban. Allah Swt berfirman:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَموا.
“Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama.”
Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam Tafsir Al-Kabir memberikan komentar yang sangat filosofis. Baginya, perasaan “takut” hanya mampu hadir ketika objek yang ditakuti itu benar-benar telah diketahui. Maka dari itu, ‘ulama ialah cendekia yang telah sampai pada kondisi ma‘rifatullāh.
Artinya, semakin luas pengetahuan seseorang, semestinya mengantarkannya untuk semakin sadar akan eksistensi Tuhan. Kualitas takwa, selanjutnya, secara otomatis mengiringi taraf pengetahuannya.
Penafsiran Ar-Razi memberi kesan bahwa seseorang yang telah sampai pada derajat ‘ulama merupakan seseorang yang telah mampu memberi makna pada setiap laku ibadahnya.
Baik yang berkaitan secara vertikal dan berhubungan langsung dengan Allah Swt, maupun horizontal yang mencakup berbagai bentuk relasinya kepada sesama makhluk-Nya.
Maka tidak bisa dipungkiri bahwa manusia yang paling mulia di sisi Allah Swt ialah yang paling tinggi derajatnya.
Kemuliaan yang lahir dari perkawinan iman dan ilmu serta amal, adab dan peradaban sebagai buahnya. Q.S. Al-Hujurat [49]: 13:
إنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَكُمْ.
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.”
Jemaah yang dimuliakan Allah Swt,
Ilmu yang mampu mengantarkan manusia mencapai derajat tertinggi di sisi Allah Swt ialah ilmu yang didapatkan dari proses pembelajaran yang luhur.
Tradisi pengetahuan yang tidak hanya mengindahkan aspek intelektualitas, meninggalkan keimanan sehingga menghasilkan peradaban yang lahir tanpa amal yang dibekali adab.
Fenomena seperti itu yang barangkali menjadi kritik dari Abdullah ibn Al-Mubarak dalam salah satu pesan hikmahnya yang populer: “Kami lebih membutuhkan sedikit adab daripada banyak ilmu”.
Syeikh Hasyim Asy’ari, yang merupakan seorang ulama besar Indonesia, menuliskan sebuah kitab yang berjudul Adāb Al-‘Ālim wa Al-Muta‘allim (Adab Guru dan Murid) dan memberikan panduan etika Islam dalam praktik pembelajaran.
Beberapa pesan utama yang beliau sampaikan dalam konteks adab seorang guru ialah mengelola dirinya sebagaimana seorang ulama.
Guru merupakan penjaga amanah pengetahuan, maka ia harus menjaga kesinambungannya dengan senantiasa belajar, melakukan laku spiritual secara totalitas dan menampilkan laku sosial dengan etika paling ideal kepada siapa pun terutama muridnya.
Beliau juga menekankan bahwa guru tidak boleh sampai pada kepentingan pragmatis yang menjadikan ilmunya sebagai tangga demi mencapai tujuan-tujuan duniawi.
Dalam konteks tersebut, guru memang dituntut untuk bersikap ideal sebagai seorang yang diposisikan pada derajat ‘ulama dan waratsatul anbiyā’.
Syeikh Hasyim juga mengurai adab seorang murid bagi dirinya sendiri, yaitu mengelola niatnya, aktivitas kesehariannya, baik intelektual, spiritual dan sosial, dengan manajemen yang baik.
Lalu berkaitan dengan relasinya dengan guru, salah satu adab yang harus dipegangi murid ialah memandang gurunya dengan pandangan yang senantiasa penuh penghormatan dan pemuliaan.
Namun hal ini dengan catatan, bahwa sang guru juga harus senantiasa menjadikan dirinya sebagai sosok yang layak untuk disematkan status pewaris para nabi.
Sebagaimana dikatakan oleh Syeikh Hasyim ketika mensyarahi hadis Nabi Muhammad saw tentang status ‘ulama sebagai pewaris para nabi:
العلماء ورثة الأنبياء، حَسْبا بهذهِ الدَّرَجَةِ مَعْدًا وَفَخْرًا، وَبِهَذِهِ الرُّتْبَةِ شَرَفًا وَذِكْرًا، وَإِذَا كَانَ لَا رُتْبَهُ فَوْقَ النُّبُوَّةِ، فَلَا
شَرَفَ فَوْقَ شَرَفِ الوِرَاثَةِ لِتِلْكَ الرُّقْبَةِ.
“Para ulama adalah pewaris para nabi. Cukuplah bagimu derajat ini sebagai kemuliaan dan kebanggaan, dan dengan derajat ini pula ada kehormatan dan pengingat. Dan jika ada derajat yang lebih tinggi dari kenabian, maka tidak ada kehormatan yang lebih tinggi dari kehormatan pewarisan derajat itu.”
Hadirin yang diberkahi Allah Swt,
Merefleksikan kasus yang sedang marak diperbincangkan hari ini, maka pandangan Syeikh Hasyim tentang adab guru dan murid sangat relevan untuk direnungkan kembali.
Dalam Islam, aktivitas intelektual memang harus dibarengi dengan kode etik yang berdasar pada nilai-nilai Islam yang menjunjung lahirnya peradaban yang beradab.
Bukan hanya sekadar peradaban yang mengedepankan rasionalitas semata. Hal itu diwujudkan melalui hal-hal sederhana, di mana murid dan guru sama-sama memiliki tanggung jawab untuk terus belajar, menjaga laku spiritual serta laku sosialnya dengan orientasi keimanan.
Maka ketika melihat fenomena penghormatan murid terhadap guru (ta’zhīm) dengan berbagai bentuk ekspresinya, itu menjadi sesuatu yang terjadi secara natural dan apa adanya.
Sebab guru tidak hanya menjadi wujud teladan intelektual bagi sang murid, melainkan juga telah menjadi sosok “Nabi” yang masih bisa disaksikan dan diikuti di masa kini.
Itulah hakikat dari paradigma pendidikan dalam Islam, proses yang menginginkan lahirnya sebuah peradaban yang diisi oleh orang-orang yang disebut sebagai pewaris para nabi.
بارك الله لي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بما فيهِ مِنَ الآيَاتِ والذكر الحكيمِ أَقُولُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمِ.
Khutbah Kedua
الحمدُ للهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِي لَوْلا أَنْ هَدَانَا الله. أَشْهَدُ أن لا إله إلا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، لَا نَبِيَّ وَلَا رَسُولَ بَعْدَهُ اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلّمْ عَلَى سَيِّدِ المُرْسَلِينَ، سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ. أَمَّا بَعْدُ. فَيَا أَيُّهَا الحَاضِرُونَ المحبوبُونَ، أُوصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَالتَّقْوَى هِيَ وَصِيَّةٌ رَبِّ العَالَمِينَ لِلْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ مِنْ خَلْقِهِ، فَقَدْ قَالَ في كتابه العزيز: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وأمر المسلمين والمُؤمِنِينَ بِالصَّلَاةِ عَلَى رَسُولِ اللهِ كَمَا قَالَ فِي القُرْآنِ : إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ على التي يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ والمؤمنات الأحياء منهم والأموات. اللهم يسر لنا أمورنا وحصل مقاصدنا وأحْسِنُ مَنْ أَحْسَنَ إِلَيْنَا رَبَّنَا آتِنَا فِي الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عَذَابَ النَّار، عباد الله إن الله يأمرُ بالعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي القُرْبى، وَيَنْهَى عن الفحشاء والمنكر والمعني يعظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ، فَاذْكُرُوا الله العظيم يذكركُمْ، وَاشْكُرُوهُ على نعمه يزدكم، ولذكر الله أكبر.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com
Baca berita TribunBekasi.com lainnya di Google News
Ikuti saluran TRIBUN BEKASI di WhatsApp
| Ketakutan Satu Sel dengan Napi Teroris di Nusakambangan, Ammar Zoni Ingin Dipindah ke Jakarta |
|
|---|
| Terobosan Medis, RS Mitra Keluarga Bekasi Timur Hadirkan Layanan Kedokteran Nuklir Pertama |
|
|---|
| Bramantyo Soroti Fenomena Banyak Anak Lebih Pilih Curhat dengan AI Ketimbang dengan Orang Tua |
|
|---|
| GOR Wibawa Mukti Bekasi Jadi Pusat Babak Kualifikasi Squash Porprov Jabar 2026 |
|
|---|
| Modus Baru di Bekasi, Mahasiswi Ditipu Pria Kenalan dari Aplikasi Kencan hingga Motor Raib |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bekasi/foto/bank/originals/Masjid-Al-Barkah-Kota-Bekasi.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.