Sengketa Pilpres

Perlu Oposisi Sebagai Penyeimbang, Sudirman Said Harap Parpol Tidak Semua Gabung Koalisi Pemerintah

Sudirman Said menegaskan bahwa kompetisi Pilpres hanya setiap lima tahun sekali.

Penulis: Yolanda Putri Dewanti | Editor: Dedy
Wartakotalive.com
Co-Captain Timnas Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) Sudirman Said --- Co-captain Timnas Anies-Muhaimin (AMIN), Sudirman Said, berharap agar tidak semua partai politik masuk ke dalam koalisi pemerintah karena masih diperlukan oposisi sebagai penyeimbang. (foto dokumentasi) 

"Artinya bagaimana menghidupkan demokrasi yang substantif, bagaimana instrumen-instrumen kontrol bisa difungsikan kembali, parlemen berfungsi kembali, KPK berfungsi kembali. Itu kan menata negara, bukan pemerintahan semata-mata," tutur Sudirman yang juga menjadi Executive Co-Captain Timnas AMIN.

Selain itu, dia menilai para tokoh bangsa seperti Jusuf Kalla, Megawati, dan lainnya pasti memiliki kebijaksanaan dan kedalaman dalam berpikir serta memiliki berbagai pertimbangan yang bertujuan untuk menjadikan bangsa ini lebih baik.

Diketahui, Institut Harkat Negeri (IHN) berkolaborasi dengan Padepokan Kalisoga menggelar Syawalan Kalisoga dengan pagelaran Wayang Kulit Lakon "Semar Boyong" oleh Dalang Ki Tarto Wiji Warsito di Padepokan Kalisoga, Desa Slatri, Kecamatan Larangan, Brebes, Jawa Tengah, Kamis malam (18/4/2024).

Pagelaran wayang kulit ini menjadi rangkaian acara halal bihalal atau syawalan. Sebagai orang yang dibesarkan di Brebes, Jawa Tengah, Sudirman kental dengan budaya Jawa, salah satunya seni wayang.

Tentang Lakon Semar Boyong

Semar Boyong merupakan bentuk lakon carangan pada cerita pewayangan Jawa. Lakon carangan atau cerita carangan adalah lakon wayang yang keluar dari jalur pakem (standar) kisah Mahabarata atau Ramayana. 

Namun, para pemeran dan tempat-tempat dalam cerita carangan itu tetap menggunakan tokoh-tokoh Wayang Purwa yang berdasarkan Mahabarata atau Ramayana seperti biasanya. 

Dalam cerita “Semar Boyong” dikisahkan bertemunya tiga raja penguasa untuk memperebutkan tokoh Semar dalam satu zaman.

Raja Rama Wijaya dari kerajaan Pancawati, Raja Duryudana dari kerajaan Astina dan Raja Puntadewa dari kerajaan Indraprasti.

Raja Rama Wijaya yang hidup pada masa kisah cerita Ramayana jelas berselisih waktu sangat jauh dengan dua raja lainnya yang hidup pada masa kisah Mahabharata.

Secara kronologis cerita ini tidak berkesinambungan, tapi itulah uniknya wayang Jawa, lebih berkembang dalam hal bentuk cerita dibanding wayang asli dari India.

Nilai filosofis dan ajaran moral dalam lakon “Semar Boyong” itulah sebenarnya yang ditonjolkan.

Sosok Semar sebagaimana uraian di atas adalah sosok bijak yang sangat dibutuhkan karomah (tuah) serta nasihatnya oleh siapa pun raja yang berkuasa.

Sosok Semar digambarkan dalam cerita itu mampu meredam pageblug (bencana) berupa wabah penyakit yang melanda kerajaan mana pun.

Sehingga di mana Semar mengabdi, di situ kerajaan akan menjadi aman tenteram jauh dari bencana.

(Sumber : Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Yolanda Putri Dewanti/m27)

Baca berita TribunBekasi.com lainnya di Google News

Ikuti saluran TRIBUN BEKASI di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VaUeu7FDzgTG0yY9GS1q

 

 

 

 

 

Sumber: Wartakota
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved