Berita Pendidikan
President University Gelar Sharing Session bersama Bhikkhu Dhammasubho Mahāthera
Presuniv didirikan untuk mengajarkan berbagai materi kepada para mahasiswa, salah satu yang diutamakan adalah pendidikan karakter.
Spiritualitas itu selalu kuno, sedangkan ilmu selalu diperbaharui. Ini sama dengan orang-orang tua dan anak-anak muda.
Orang-orang tua selalu melihat jauh ke belakang, sementara anak-anak muda selalu menatap jauh ke depan. Perbedaan inilah yang sering menimbulkan konflik.
Namun, Bhikkhu Dhammasubho juga menegaskan bahwa meski ada perbedaan cara berpikir, manusia tetaplah manusia.
Baca juga: Tingkatkan Literasi Keuangan, Sequis Dukung Kompetisi Kreatif di Pinasthika Creativestival 2024
Baca juga: KPU Karawang Mulai Rekapitulasi Pilkada 2024 Tingkat Kabupaten, Tekankan Transparansi
“Manusia yang paling kuat, atau paling terkenal sekalipun, mereka pada dasarnya tetap sama dengan manusia lainnya,” kata Bikkhu Dhammasubho.
Ia menguraikan bahwa setiap manusia terdiri dari tiga hal, yakni pikiran, jiwa, dan raga.
“Jika salah satunya tidak ada, manusia tidak dapat bertahan hidup,” ucapnya.
Dari tiga hal tersebut, kata masing-masing memerlukan asupan yang berbeda, misalnya untuk menjaga raga agar tetap sehat, dibutuhkan asupan gizi, seperti nasi dan juga lauk pauk.
“Kemudian, untuk menjaga agar pikiran tetap sehat, diperlukan asupan pengetahuan. Sedangkan untuk menjaga kesehatan jiwa, diperlukan asupan rasa,” urai Bikkhu Dhammasubho.
Untuk menjadi individu yang sehat, ungkap Bikkhu Dhammasubho, tiga hal tersebut penting untuk dijaga dan dirawat.
Baca juga: Pemuda di Bekasi yang Bawa Kabur Pacar di Bawah Umur, Dicokok Polisi
Baca juga: Tindak Lanjuti Menteri LH agar TPA Burangkeng Ditutup, Pemkab Bekasi Siapkan Skema Penataan Ulang
“Untuk membangun pikiran, jiwa, dan juga raga yang sehat, itu bisa diperoleh jika manusia mampu menjaga keseimbangan,” tukasnya.
Setiap orang, ucap Bikkhu Dhammasubho, perlu memiliki keseimbangan perasaan dan kecerdasan.
“Kalau hanya memiliki salah satunya, itu tidak baik. Jika seorang manusia memiliki perasaan yang terlalu tinggi, namun tidak memiliki kecerdasan, ia dapat dengan mudah dimanfaatkan orang lain. Itu karena rasa ibanya yang terlalu tinggi,” terangnya.
Begitu juga jika seseorang memiliki kecerdasan yang terlalu tinggi, tapi tidak memiliki perasaan, dia akan selalu berhitung untung dan rugi.
“Orang seperti ini tidak dapat membantu orang lain dengan ikhlas,” ucapnya.
Baca juga: Bantah Pernikahannya dengan Zumi Zola karena Urusan Politik, Putri Zulhas: Pokoknya Doain Aja
Baca juga: Ubhara Jaya dan BNN Tandatangani MoU, Perkuat Komitmen Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika
Pentingnya Moralitas
President University (Presuniv)
sharing session
Bhikkhu Dhammasubho
Dr Setyono Djuandi Darmono
pendidikan karakter
Bupati Karawang Aep Syaepuloh Jadi Mahasiswa S2 Unsika, Pilih Jurusan Ini |
![]() |
---|
Hadiri PKKMB Unsika, Wakil Ketua DPR Saan Mustofa Minta Mahasiswa Aktif Berorganisasi |
![]() |
---|
Cerita Suci, Penerima KIP Kuliah Lulus IPK 3,97 di Fisip Unsika |
![]() |
---|
Jadi Angkatan Pertama, Unsika Wisuda 7 Mahasiswa Asing |
![]() |
---|
Wujudkan Kampus Global, Unsika Ikuti Proses Akreditasi Internasional |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.