Keracunan MBG

Sekitar 400 Siswa SMAN 1 Yogyakarta Alami Keracunan MBG, Mayoritas Mengeluh Sakit Perut

Kasus keracunan program Makan Bergizi Gratis (MBG) terjadi di SMAN 1 Kota Yogyakarta.

Penulis: | Editor: Ign Prayoga
TRIBUN JOGJA/AZKA RAMADHAN
KERACUNAN MBG: Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo saat ditemui di SMA N 1 Yogyakarta, Kamis (16/10/25) sore. Keracunan MBG terjadi di dua sekolah di Wirobrajan Yogyakarta. 

TRIBUNBEKASI.COM, YOGYAKARTA - Kasus keracunan program Makan Bergizi Gratis (MBG) terjadi di Kota Yogyakarta. Hampir separuh siswa SMAN 1 Yogyakarta mengalami sakit perut hingga diare setelah menyantap menu Makan Bergizi Gratis (MBG), Rabu (15/11/2025). 

Menurut laporan, 426 dari total 972 siswa SMAN 1 Yogyakarta diduga mengalami keracunan makanan MBG.

Kepala SMA N 1 Yogyakarta, Ngadiya mengatakan dari 972 siswa, sebanyak 426 yang mengalami sakit perut dan diare. 

Ia menyebut bahwa rata-rata siswa merasakan gejala pada Kamis (16/10/2025) dini hari.

“Kalau kami persentase 43,28 persen yang tadi malam sakit perut. Tadi kami cek, anak-anak tetap ke sekolah,” katanya, Kamis (16/10/2025).

“Setelah saya cek lagi, ada 33 siswa yang tidak masuk, ada yang karena sakit, ada juga alasan lain.

Setelah laporan tersebut, pihaknya memastikan kondisi siswa yang tidak masuk sekolah. 

Namun, berdasarkan laporan sementara tidak ada siswa yang harus menjalani rawat inap di rumah sakit.

“Alhamdulilah tidak ada (siswa yang rawat inap), hanya dibawa ke puskesmas terus pulang lagi sama orangtuanya. Tetapi tadi pagi masih ada yang merasa sakit perut terus ke UKS dan dikasih obat diare,” sambungnya.

Di Provinsi DI Yogyakarta, sejak Agustus 2025, kasus keracunan makanan dalam program MBG dilaporkan menimpa 393 siswa di Sleman, 497 siswa di Kulon Progo, dan 19 siswa di Gunungkidul.

Kasus keracunan di SMAN 1 pada Rabu lalu menjadi kasus pertama di Kota Yogyakarta

Memang selama ini realisasi program MBG di Kota Yogyakarta terbilang relatif berjalan lancar. 

Setiap pukul 11.00, mobil SPPG datang, kemudian MBG dikonsumsi pukul 11.45 hingga 12.30 saat istirahat kedua.

SPPG akan bertanggung jawab.

Buntut kejadian ini, sekolah sudah berkomunikasi dengan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Wirobrajan, selaku penyedia program MBG.

“Tadi SPPG sudah ke sini, didampingi Puskesmas Wirobrajan, Balai Dikmen dan Dikpora, sudah konfirmasi,” ujar Ngadiya. 

“Tadi SPPG mengakui bahwa kemungkinan ada keracunan dari MBG yaitu ayamnya.

“Jadi terlalu mruput le masak, sehingga dikirimnya ke sini sudah agak lama. Mestinya kan jam 08.00 masaknya, lalu jam 09.00 di-packing, dan jam 11.00 ke sini. SPPG akan bertanggung jawab, yang dari puskesmas dan sebagainya akan dikover,” lanjutnya.

Seorang korban, Veda mengaku di kelasnya ada 11 siswa yang mengalami diare.

Menurut Veda, penyebab keracunan ini diduga berasal dari saus barbeque yang disajikan bersama menu ayam. 

“Mungkin dari saus barbeque itu yang bikin sakit perut, di kelas saya ada 11 anak yang diare,” kata Veda.

Ia menyebutkan, menu yang disajikan terdiri dari ayam barbeque, sayur salad, dan nasi.

 “Sebenarnya tidak ada rasa aneh apapun, cuma pas pulang itu langsung demam saya diare,” ungkapnya. 

“Kebanyakan teman-teman diare, saya demam sore malamnya diare. Ini masih sakit perut, tadi diare 3 kali.

Veda mengaku jarang mengambil menu MBG, namun kali ini ia sempat mencicipi dan akhirnya mengalami diare.

“Hari ini enggak ambil, trauma. Pernah ambil cuma sudah jarang, menunya kurang menarik bagi saya,” ujarnya. 

SPPG dihentikan

Buntut dugaan keracunan, Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kemantren Wirobrajan, Kota Yogyakarta pun dihentikan sementara operasionalnya, Kamis (16/10/25).

Langkah pemberhentian ditempuh menyusul insiden dugaan keracunan Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang menimpa siswa dari dua sekolah menengah atas.

Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, mengonfirmasi penutupan sementara ini sebagai bagian dari prosedur tetap (protap) sambil menunggu hasil uji laboratorium.

​Berdasar laporan yang diterimanya, keracunan menimpa 32 siswa SMA Negeri 1 Yogyakarta dan 65 siswa SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta, setelah mengonsumsi MBG yang disalurkan dari SPPG tersebut.

​Dalam keterangannya seusai meninjau langsung SPPG, Hasto menjelaskan, bahwa SPPG itu menyuplai MBG ke sembilan sekolah dengan total 3.444 siswa penerima. 

Sembilan sekolah tersebut antara lain adalah SD Bopkri, SD Negeri Tamansari, SD Negeri Tegalmulyo, dan SMP 5 Bopkri, hingga dua SMA yang terdampak keracunan.

"Kami sudah tahu persis bahwa di sini ada sembilan sekolah yang kemudian disuplai, ada 3.444 siswa yang diberikan makanan gratis itu," katanya.

​Meski demikian, ia menekankan, masalah keracunan sejauh ini hanya terdeteksi pada anak-anak di jenjang SMA saja.

Hal tersebut terkonfirmasi setelah Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Yogyakarta melakukan penulusuran langsung ke sekolah-sekolah yang dipasok MBG dari SPPG yang sama.

"Yang ditengarai diduga ada dampak dari makan ini adalah yang SMA saja, yang SMP dan yang SD ini tadi kita cross-check ke sini tidak ada yang bermasalah. Yang ada dari SMA, SMA 1 dan SMA 7 Muhammadiyah," ujarnya.

​Saat pemeriksaan, Wali Kota menyebutkan, bahwa secara sarana dan prasarana, SPPG dinilai sudah sesuai standar. Ruang produksi hingga cara pencucian piring terbilang baik dan telah melalui proses asesmen sebelum beroperasi.

​Namun, ia mengindikasikan adanya kemungkinan masalah pada variasi menu yang disajikan oleh SPPG untuk siswa-siswi di deretan sekolah tersebut.

"Tadi dari diskusi memang ada menu-menu baru yang dibuat, termasuk ayam yang dibuat kemarin itu termasuk dalam masakan menu baru," katanya.

​Saat ini, pihaknya masih menunggu hasil uji culture test untuk memastikan penyebab pasti insiden, apakah akibat kontaminasi bakteri atau faktor lain.

​Sebagai langkah cepat penanganan, Hasto pun memastikan distribusi MBG dari SPPG kepada kesembilan sekolah dihentikan sementara.

​"Ya, sementara (dihentikan) dulu, sementara menunggu hasil evaluasi dan uji laboratoriumnya keluar dulu. Bisa dua minggu, tapi paling cepat satu minggu," katanya.

Meskipun secara standar SPPG telah dinilai baik, ia memberikan saran spesifik untuk penyempurnaan di masa depan guna mencegah terulangnya insiden. 

Hasto menyarankan, penerapan general precaution atau kehati-hatian dasar yang lebih ketat, khususnya untuk minimalisir kontaminasi bakteri.

​"Kalau misalkan menata makanan itu pakai sarung tangan, sarung tangannya itu steril gitu, yang memang tidak mungkin terkontaminasi, karena kan pakai apron gitu. Diminimalisir terjadi kontaminasi bakterial," ujarnya. 

Sementara, saat dimintai keterangan selepas kunjungan Wali Kota dan jajaran Forkompimda, pihak SPPG sama sekali tidak bersedia memberikan statement.

Pria yang enggan disebutkan namanya tersebut, memilih meninggalkan awak media dan bergegas masuk menuju bangungan utama SPPG.

"No comment, no comment dulu," katanya.

Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com 

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved