Berita Karawang

Puluhan Ternak Warga Mati Diserang Macan Tutul Jawa, BBKSDA Minta Warga Tidak Membunuhnya

Hewan ternak yang diserang satwa liar ini pertama kali diketahui di ladang penggembalaan kira-kira 500 meter dari kebun warga pada 19 Maret 2024.

Penulis: Muhammad Azzam | Editor: Ichwan Chasani
Istimewa
Masyarakat Kampung Taneh Bereum, Desa Tamansari, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang melaporkan sedikitnya ada 27 ekor ternak mati diduga diserang Macan Tutul Jawa. 

TRIBUNBEKASI.COM, KARAWANG — Masyarakat Kampung Taneh Bereum, Desa Tamansari, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang melaporkan sedikitnya ada 27 ekor ternak mati diduga diserang macan tutul jawa.

Kepala Dusun Taneuh Beureum, Laim mengatakan kejadian hewan ternak diserang satwa liar ini pertama kali diketahui di ladang penggembalaan kira-kira 500 meter dari kebun warga pada 19 Maret 2024.

"Awalnya ada suara teriakan kambing 3 kali. Sore hari kira-kira jam 3 sore ketika disamperin ditemukan ternak kambing warga sudah mati dengan luka di leher samping. Juga bekas jejak-jejak binatang lain," kata Laim pada Selasa, 4 Juni 2024.

Setelah kejadian pertama berulang lagi pada 17 April, sampai kejadian terakhir pada 24 Mei 2024. Total korban kambing warga yang diserang satwa liar sebanyak 27 ekor.

Pada saat kejadian terakhir, warga melihat salah satu ekor kambing dimangsa macan dengan ditarik kedalam sebuah gua batu kecil. Ketika kemudian didatangi, macan yang memangsa kambing tersebut lari ke hutan meninggalkan mangsanya. Masyarakat melaporkan satwa yang ditemuinya adalah macan dengan corak tutul.

Baca juga: Pemkab Bekasi Lindungi 2.552 Nelayan Kecil dengan Didaftarkan BPJS Ketenagakerjaan

Baca juga: Harga Emas Batangan Antam di Bekasi Selasa Pagi Ini Meroket Rp 14.000 Per Gram, Cek Detailnya

Dengan banyaknya serangan oleh satwa liar diduga macan ini warga menjadi resah dan sempat mengumpulkan warga lainnya yang mempunyai senjata untuk memburu macan tersebut.

"Warga sudah mau memburu karena menderita banyak kerugian, warga juga banyak yang melakukan kegiatan malam hari takut jika tiba-tiba diserang oleh macan di kebun atau hutan," katanya.

Sementara itu Kepala Seksi Konservasi Wilayah (SKW) IV Purwakarta BBKSDA Jawa Barat Vitriana Yulalita mengatakan bahwa satwa macan tutul Jawa merupakan satwa kebanggaan yang telah ditetapkan sebagai satwa identitas provinsi Jawa Barat dengan SK Gubernur Jawa Barat nomor 27 tahun 2005.

Selain macan tutul jawa merupakan satwa endemik pulau Jawa yang juga merupakan satwa dilindungi sesuai Permen LHK Nomor 106/2018.

"Oleh karena itu kami mengharapkan koordinasi lintas sektor untuk dapat mewujudkan amanat tersebut sebagai bentuk upaya bersama terkait pelestarian macan tutul jawa di kabupaten Karawang," beber dia.

Baca juga: Tipu Karyawan Kedai Ayam, Dua Pemuda Diringkus Polisi, Modus Tukar Uang Receh Rp 2,5 Juta

Baca juga: Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto Penuhi Panggilan Polda Metro Jaya, Diperiksa Soal Wawancara di TV

Untuk itu, Vitriana mengimbau masyarakat untuk tidak memburu macan tutul, dan akan mengedukasi masyarakat bagaimana beternak, terutama membuat kandang yang bisa terhindar dasi serangan satwa liar.

"Kami minta jangan diburu jangan dibunuh, karena satwa dilindungi," ucapnya.

Bernard T. Wahyu Wiryanta, Fotografer dan Peneliti Satwa Liar dari SCF mengatakan bahwa ketakutan masyarakat akan serangan macan tutul jawa hal yang wajar, tapi masyarakayt perlu diedukasi bahwa macan tutul jawa cenderung menghindari manusia, dan tidak akan menyerang manusia.

Berbeda dengan harimau yang ada potensi menyerang manusia dalam beberapa kasus.

Terkait jenis satwa yang memangsa ternak warga Bernard mengatakan bahwa dari laporan assesment Ranger, dari jejak yang ada, ciri-ciri serangan di ternak yang mati, juga kesaksian warga, diduga adalah karnivora besar jenis macan tutul jawa (Panthera pardus melas).

Baca juga: DPP NasDem Rekomendasi Aep Syaepuloh Jadi Calon Bupati Karawang untuk Pilkada 2024

Baca juga: Nikahi Janda, Juru Parkir Ini Malah Cabuli Anak Tirinya Berusia Belasan Tahun Hingga Puluhan Kali

"Dan memang di lokasi konflik satwa liar di Tamansari ini memang masih habitat macan tutul jawa, dan masih merupakan kawasan lindung yang merupakan bagian dari Karst Pangkalan," katanya.

Menurut Bernard, kebiasaan masyarakat di kawasan Sanggabuana banyak yang memelihara ternak dengan membangun kandang di tengah hutan, termasuk menggembalakan ternaknya di hutan.

Kadang masyarakat pada saat malam hari tidak memasukkan ternaknya kedalam kandang, tetapi mengikat di luar kandang. Pola semacam ini sangat rawan menjadikan ternak warga menjadi sasaran satwa liar.

Bernard berharap kedepan Pemerintah setempat bersama BBKSDA Jawa Barat bisa mengedukasi masyarakat untuk membangun kandang halau atau kandang ternak yang bisa menahan serangan dari satwa liar.

Juga untuk tidak membiarkan ternaknya diluar kandang pada waktu malam hari. Pola kandang kolektif, dengan membangun beberapa kandang dalam satu tempat yang dijaga bergantian bisa mencegah serangan satwa liar.

Baca juga: Viral Video Perkuliahan Dibubarkan Gara-gara Bau Badan yang Menyengat, Warganet Juga Tahu Biangnya

Baca juga: Dua Tersangka Kasus Korupsi Timah Rp 300 Triliun Siap Diadili, Harvey Moeis dan Sandra Dewi Menyusul

Termasuk menanam tanaman pakan ternak si sekeliling kandang kolektif, jadi tidak perlu lagi menggembalakan ternaknya sampai jauh kedalam hutan.

"Terkait masyarakat yang akan membalas dendam dengan memburu macan di hutan, Bernard menghimbau masyarakat untuk tidak memburu macan. Karena macan tutul jawa merupakan satwa dilindungi," tutupnya. 

Baca berita TribunBekasi.com lainnya di Google News

Ikuti saluran TRIBUN BEKASI di WhatsApp. 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved