Kabupaten Karawang
20 Tahun Langganan Banjir, Karangligar Karawang Akhirnya Dibangun Proyek Pengendali Permanen
Proyek pengendali banjir Karangligar Karawang mulai dibangun pemerintah pusat bersama DPR untuk mengatasi banjir abadi yang terjadi 20 tahun.
Penulis: Muhammad Azzam | Editor: Mohamad Yusuf
Ringkasan Berita:
- Pemerintah pusat memulai proyek pengendali banjir “abadi” di Karangligar, Karawang.
- 160 hektar sawah dan ribuan rumah terdampak banjir setiap tahun.
- Proyek mencakup normalisasi, pembangunan tanggul dan rumah pompa, ditargetkan berfungsi Juli–Agustus 2026.
TRIBUNBEKASI.COM, KARAWANG - Desa Karangligar di Kecamatan Telukjambe Barat, Karawang, yang selama dua dekade dikenal sebagai wilayah banjir “abadi”, akhirnya mendapat intervensi besar dari pemerintah pusat.
Pada Kamis (20/11/2025), proyek pengendali banjir mulai dikerjakan dengan dukungan penuh DPR RI, Kementerian PUPR, dan Pemerintah Kabupaten Karawang.
Wakil Ketua DPR RI Saan Mustopa meninjau langsung lokasi pembangunan di Desa Parungsari, Telukjambe Barat. Ia menegaskan bahwa penanganan banjir kali ini berbeda karena dilakukan secara menyeluruh, bukan sekadar solusi sementara.
Baca juga: Dosen Untag Tewas Tanpa Busana di Hotel, Keluarga Mengaku Janggal, Pertanyakan Peran AKBP B
Baca juga: Bestari Barus Tegaskan PSI Ogah Terima Budi Arie Jika Niat Bergabung, Ini Alasannya
Baca juga: Kemenkeu Buka Rekrutmen CPNS 2026, Ada Formasi SMA untuk 300 Orang
Saan menyebut pemerintah pusat menggelontorkan anggaran pembangunan setelah Pemkab Karawang menyelesaikan pembebasan lahan dan pembayaran ganti rugi warga yang terdampak.
Ia menekankan bahwa persoalan banjir Karangligar bukan hanya merugikan masyarakat, tetapi juga mengancam ketahanan pangan.
Sebanyak 160 hektar sawah dan permukiman terendam setiap musim hujan, memengaruhi suplai pangan nasional.
“Ini banjir abadi yang sudah hampir 20 tahun. Dampaknya luar biasa, bukan hanya ke warga tapi juga ke ketahanan pangan,” kata Saan di lokasi.
Saan mengutip arahan Presiden Prabowo bahwa masyarakat harus menjadi prioritas sehingga proyek ini menjadi bagian dari upaya melindungi warga dari bahaya banjir berulang.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, Marasi Deon Joubert, menjelaskan bahwa banjir Karangligar terjadi karena tiga penyebab utama.
Pertama, adanya aliran balik dari Sungai Cibeet yang masuk melalui saluran Cidawolong dan Kedunghurang.
Kedua, penurunan muka tanah hingga dua meter sejak 2007 sampai 2015, yang kembali ditemukan terjadi pada 2024 dengan laju 1,11 cm per tahun.
Ketiga, kapasitas saluran yang sudah tidak mampu menampung debit air, sehingga perlu normalisasi dan pembangunan sistem pengendali baru.
Deon mengatakan proyek tahun ini akan mencakup pembangunan tanggul dan rumah pompa di dua saluran utama.
Untuk Cidawolong, kebutuhan lahannya mencapai 1,96 hektar untuk tanggul dan 0,87 hektar untuk rumah pompa dengan kontrak Rp 55,4 miliar.
Sementara di Kedunghurang, kebutuhan lahannya 1,23 hektar untuk normalisasi, 0,12 hektar untuk tanggul, dan 0,66 hektar untuk rumah pompa. Nilai kontraknya Rp 44,7 miliar.
| Wagub Jabar Hadiri Konferensi Hukum Ketenagakerjaan di Unsika, Singgung Pentingnya Regulasi Adaptif |
|
|---|
| Bupati Karawang Aep Syaepuloh Lantik Tiga Pejabat Baru, Ancam ASN yang Malas Bisa Turun Peringkat |
|
|---|
| KDM Apresiasi Bupati Aep, Pembebasan Lahan Proyek Pengendalian Banjir Karangligar Tuntas |
|
|---|
| Cegah Kudis, Lapas Karawang Luncurkan Layanan Laundry Gratis bagi Narapidana |
|
|---|
| Anggaran Seret, KONI Karawang Hanya Incar 10 Besar di Porprov Jabar 2026 |
|
|---|
