Pembeli Semakin Sedikit, Pedagang Pasar Ciracas Terpaksa Menutup Kiosnya

Suasana suram juga tampak di lantai satu Pasar Ciracas di Jakarta Timur yang ditempati para pedagang pakaian.  

Penulis: Miftahul Munir | Editor: Ign Prayoga
Warta Kota/Miftahul Munir
SEPI -- Pasar Ciracas di Jakarta Timur yang semakin sepi, Jumat (24/10). Para pedagang di pasar ini mengeluhkan jumlah pengunjung yang semakin sedikit dan omzet para pedagang pun turun drastis. 

Area parkir yang sempit juga menyulitkan pembeli untuk berkunjung. “Kalau pasarnya nyaman dan mudah diakses, pasti pedagang juga semangat bayar kewajiban,” tambahnya.

Para pedagang kini berharap Perumda Pasar Jaya lebih fokus pada upaya meningkatkan kunjungan dan memperbaiki fasilitas pasar, bukan hanya menagih iuran. “Kalau pasarnya ramai, kami juga lancar bayar kewajiban. Jangan cuma nyegel-nyegel kios, tapi biarkan pasar mati,” kata Roy.

Kondisi Pasar Paseban di Jalan Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat, juga memprihatinkan. Pasar yang dahulu ramai kini tampak kumuh dan hampir mati aktivitas jual belinya. Pantauan di lokasi pada Jumat (24/10/2025), suasana sepi langsung terasa sejak pintu masuk. Di sisi kiri pasar berjajar penjual pakaian, sementara di kanan terdapat pedagang elektronik. Di bagian belakang, hanya terlihat beberapa kios sayur mayur dan toko emas yang masih buka. 

Pada lorong pasar, tampak satu atau dua pengunjung melintas tanpa berhenti untuk berbelanja. Namun, pengunjung datang hanya untuk membandingkan harga dengan toko online, bukan untuk membeli. Para pedagang terlihat duduk sambil memainkan ponsel, sesekali merapikan dagangan mereka. Aktivitas jual beli hampir tak terdengar.

Bukan hanya sepi pengunjung, kondisi fisik pasar pun memprihatinkan. Lantainya banyak  yang pecah dan terkelupas, lalu ada genangan air di beberapa titik, sementara dinding sejumlah toko mulai rusak.

Tangga menuju lantai dua pun tampak berkarat dan keropos, membahayakan pengunjung.

Selain itu, sejumlah toko terlihat tutup dengan menempelkan kertas bertuliskan “Toko Dikotrakan”. Ada pula surat peringatan dari PD Pasar Jaya terkait tunggakan Biaya Pengelolaan Pasar (BPP) yang mencapai belasan hingga puluhan juta rupiah.

Nur, salah satu pedagang pakaian, mengaku prihatin melihat keadaan pasar. “Dulu sewa toko bisa Rp 12 sampai Rp 15 juta per tahun, tergantung posisi. Sekarang turun jadi sekitar Rp2 juta, tapi tetap sepi pembeli,” ujarnya sambil merapikan dagangan.

Ia menilai, bukan kondisi bangunan yang menjadi masalah utama, melainkan penurunan minat masyarakat berbelanja di pasar tradisional. “Pembeli cuma lewat, jarang yang beli. Dulu kita hafal wajah pelanggan, sekarang yang datang cuma lihat-lihat,” kata Nur.

Hal senada diungkapkan Helmi, pedagang Pasar Paseban. Ia mengaku kesulitan menutup biaya hidup karena dagangannya tak laku. “Sejak pandemi makin sepi, sekarang parah sekali. Kadang buat makan sehari aja susah,” ujarnya. (m27/m26/m32/m31)

Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved